Selasa, 23 November 2010
Dapat Awards : "Friendly Blogger!"
"mbak dian, ada award buat mbak, ambil di blog ku yah..:D"
hehe.. *senaaang*
Sebenarnya yang saya kagumi pada momen ini bukan karena saya yg dapat award tiba2, tapi lbh kepada sosok si pemberi award yang demikian terpikir untuk memberi award semacam ini pada teman-teman pengunjungnya. Beberapa hari yang lalu, mungkin dia "kesasar" atau "tersesat" di blog ala kadarnya punya saya ini.. haha.. komentar di catatan saya sebelumnya, dan akhirnya saya mengunjungi balik blognya, ternyata, saya suka! Fresh dan menunjukkan karakter yang enjoyable, ekstrovert :) *rada sok tau* :D Yah, gpp, intinya saya suka blog milik gadis manis bernama Nova itu :) Tipe orang seperti ini, tipe yang murah hati, mudah berteman, disukai teman, dan mudah2n selalu disayang teman, walau biasanya 1000 teman gak mungkin tanpa satupun musuh ^^ tapi itu ciri khas orang yg banyak teman..
Nah, ini nih Award yang saya dapat dari Nova, nama awardnya : "Friendly Blogger"
Pada akhirnya, saya ngucapin makasih buat Nova, atas penghargaan yang manis ini :)
Makasih ya novaa.. Jazakillahu khaira jaza, aamin.
Emoticonnya dari sini
Jumat, 19 November 2010
WOW : Ajaibnya Wanita!
Ini hasil test personality saya yang ada di web tersebut :D *ya ampun, miss perfect? -,- |
Senin, 15 November 2010
Gerimis Jatuh Hati
Yakinlah wahai awanku, mentari kan tetap berpihak padamu, tuk mengembalikanku..
Selasa, 19 Oktober 2010
What Socmed made for?
Kamis, 02 September 2010
Just Two Words : Patience and Gratitude
Senin, 30 Agustus 2010
Satu kata : IKHLAS
Kenapa harus sedih, jika ia meninggal, mungkin bisa ketemu di syurgaBagi saya, lebih kepada egois saat kita takut kehilangan seorang kita cintai, dan itu bukan dosa. Sebuah kewajaran yang bersifat manusiawi. Memang piranti yang Allah instal dalam diri manusia, bersama sifat-sifat lainnya.
Kenapa saya katakan egois, ya karena orang yang kita cintai itu bukanlah milik kita, bukanlah milik siapapun, jiwa dan hatinya. Tak ada hak kita memiliki tanpa batas. Saya pernah mengatakan ini pada orang-orang yang saya cintai,
Jauh lebih menyakitkan saat merasa kehilangan rasa cinta, rindu, perhatian, cemburu, dari seseorang yang kita cintai, daripada kehilangan karena kematian (atau terpisah jarak). Jika kehilangan semua rasa itu, jasadnya ada tapi “tiada”, sedang kehilangan karena kematian, cintanya tetaplah ada. Karena kata baginda nabi shalallahu alaihi wasallam, “seseorang akan bersama yg dicintai.” (HR Muslim)Keseluruhan dari orang yang kita cintai adalah milik Sang Pencipta, dan melalui kekasihNya, dalam sabdanya, telah dijanjikan, bahwa kita akan bersama dengan orang-orang yang kita cintai. Jadi cukupkan diri dengan janji tuhan, jika kita yakin bahwa cinta tak akan hadir tanpa kehendakNya, dan tak akan hilang tanpa kehendakNya pula.
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: “Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum namun dia belum dapat bertemu dengan mereka? Rasulullah saw. menjawab: Seorang akan bersama orang yang dicintai.” (HR Muslim)
Mungkin akan ada beberapa teman yang mengatakan, “nggak sanggup..” Kunci dari setiap apa yang merasa kita miliki, kemudian terenggut dan hilang begitu saja dari “tangan” kita, adalah : IKHLAS. Bagaimanapun tak akan ada yang bisa memaksakan kehendak Yang Maha Berkendak. Ikhtiar terbaik adalah mendoakannya dengan sebaik-baik doa. Seegois apapun kita. Sesakit apapun hati kita.
Berat memang. Sulit memang. Tapi BISA. InsyaAllah.
___
Saya tulis ini disaat saya merasa takut kehilangan seseorang yang sangat saya cintai, sekaligus disaat saya merasa telah kehilangan salah seorang yang saya cintai pula. Menasehati diri.
Jakarta, 28082010/18091431 (01.21 am)
Jumat, 13 Agustus 2010
You~
I just said what I feel. I can’t keep it by myself. I miss your eyes, the way you look at me.. seems like I’m the only one that you love in this world
Selasa, 06 Juli 2010
Milis KCB : Baksos Panti Jompo dan Balita
Setelah beberapa pekan mas suwandi basyir dkk dalam persiapan baksos ke Panti jompo dan Panti Balita di daerah Cipayung, akhirnya kemarin, ahad, 4 Juli 2010 terlaksana dengan tanpa hambatan yang berarti. Baksos ini terselenggara atas kerja keras beliau bersama sahabat2, mbak tien kuraisin, mbak Diyah Kusuma, dan sahabat-sahabat yang lain, terutama yang telah merelakan beberapa rupiah rizkinya untuk membeli kebutuhan pokok untuk disumbangkan ke kedua panti tersebut. Sahabat-sahabat yang tak bisa disebutkan satu persatu :) hanya doa yang teruntai mengiringi keikhlasan itu.. jazakumullahu khaira jazaa.. aamin insyaAllah..
Selasa, 29 Juni 2010
Rindu..
Bagi saya, rasa sakit dalam relung hati yg paling menyakitkan adalah menahan rasa rindu. Resah, gelisah, perasaan sepi yg sangat, ingin teriak dn menangis sejadi-jadinya. Knp sakit,krn rindu adalah rasa akibat rasa cinta yg mndapat hambatan dlm mngungkapkannya,dlm bentuk amalan fisik. Rasa yg tertahan akibat blm bisanya mnuntaskannya dlm bentuk prjumpaan. Namun pertanyaannya, cukupkah hny dg perjumpaan? Terkadang rasa itu hadir tiba-tiba, pd saat yg tdk disangka2. Biasanya hadir saat kita sdg sendiri, sdg tdk brsm siapapun kecuali Allah. Berkali-kali saya merasakan, menahan rasa rindu yg tak kunjung hilang, pdhl berkali-kali pula yg dirindukan itu hadir, entah knp semua yg hadir, selalu saja terasa ada yg kurang. Hhh.. manusia, krn kurang syukur kah? semua yg hadir selalu ada saja yg mgk tidak sesuai harapan kah? Allah, sungguh perlu berjuang utk mnjadikanMu satu-satunya sandaran.
Imam Suyuthi mengatakan bahwa termasuk dari golongan syuhada di akhirat ialah orang-orang yang mati dalam kerinduan dengan tetap menjaga kehormatan diri dan disembunyikan dari orang-orang. Ya, mgk perjuangan ini yg mnimbulkan rasa sakit, sekaligus nikmat. Mnjaga kehormatan dn mnyembunyikan rasa rindu. Disaat kita bs saja mngungkapkan ledakan hati bernama rindu, saat brsmaan ad nasihat yg mnitahkan utk mnjaga kehormatan dn menyembunyikan rasa itu. Allah..
Bagi saya, rasa ini adalah instalan indah yg Allah berikan. Bgmnkah mbuktikan rasa cinta dsaat tdk sdg bersama yg dcintai? ya, rasa rindu. Deguban kencang rasa itu mndesak-desak keluar, namun Allah blm lah lagi mmberikan jalan dan jawaban dari rasa itu, itulah letak rasa sakitnya..
Kisah yg saya suka, sederhana, dr pngungangkapan rindu seorang umar ibn khaththab. Pada suatu malam Umar bin Khaththab teringat kepada seorang sahabatnya, dan ia terus bergumam lirih : “Mengapa malam ini terasa begitu panjang.” Maka setelah menunaikan shalat Subuh, Umar segera menemui sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat! Subhanallah.. hanya pencinta dan perindu yang memahami perasaan umar ibn khathtab ketika itu. Mungkin pula ini adalah bntuk amalan fisik dari penggambaran rasa rindu itu. Dan rasa rindu adalah bukti kecintaan. Bohong ia mngatakan cinta, namun tak ada rasa rindu.. Namun ada satu hal yg mmg perlu kita pahami, perlu berjuang untuk kita berlapang dada, inilah mengapa menahan rasa rindu adalah salah satu hal yg menyakitkan, yakni : Tak semua orang pandai mengungkapkan rasa ini. Sehingga cukuplah rasa sakit itu ia nikmati sendiri, dikala org yg kita cintai yg sdg dirindu, salah satu orang yg mgk tak pandai membalas rasa :) brusaha mncukupkan diri dengan nasihat ini, Abdullah bin Masud ra., ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum namun dia belum dapat bertemu dengan mereka? Rasulullah saw. menjawab: Seorang akan bersama orang yang dicintai." (HR Muslim)
Maka cukuplah Allah bagi kita..
Semoga Allah mpertemukan kita di syurga, aaamin ya Allah.
Untuk bapak, ibu, tunjung, niko, sahabat-sahabat tercinta, dan saudara/iku seiman sperjuangan.
Apa makna rindu menurutmu saudara/iku??
Pojok Jakarta
09 Mei 2010 (02.44 pm)
Minggu, 02 Mei 2010
Ukhuwah yang kering..?
Jumat, 30 April 2010
Buat aku jatuh cinta lagi, Allah..
"Mbak, saling mendoakan dan saling mengingatkan ya. Rindu Allah.."
Mungkin sederhana.. biasa aja.. sungguh.. aku berusaha meresapi tiap makna kalimat kalimat itu. Sungguh membuatku merenungi satu hal yang kadang terlupakan.. saat merasa diri jauuh dr Allah.. rutinitas ibadah tak diresapi.. malu. Cemburu pada sosok2 yg begitu hanyut nikmati taubatnya, ibdahnya.. begitu cintanya Allah pada mereka, orang-orang yang hatinya selalu dipenuhi Allah..
Lagi-lagi, malam ini (dan malam2 sebelumnya) aku mendapat sms yang mengingatkan bahwa Allah adalah satu-satunya tempat bersandar, satu-satunya penolong, dan pelindung. Sejenak merenung.. banyaknya nikmat Allah yang lalai untuk disyukuri. Allah begitu baik. Allah Maha Baik. Tapi kita terlalu lama menunda untuk segera berlari ke arahNya.. Allahu Rabbiy.. bohong kita rindu Allah jika kita tidak tersandung, tertatih, terluka saat berlari mengejar cintaNya.. Ya Rabb irhamniy..
Hiruk pikuk duniawi, riuh ramai aktivitas sehari-hari, canda tawa, lebih sering melalaikan bahwa ini adalah sedikit sekali dari tak terhitungnya anugerah Allah.. merasa kebahagiaan sajalah nikmat Allah.. padahal ujian dan segala hal yang tak kita suka, merupakan anugerah.. rasa duka, sakit, pedih, dan nelangsa.. juga merupakan anugerah Allah utk pendewasaan hambaNya.. agar tidak manja.. tidak rapuh.. dan hadiah Allah akan menantinya..
Selasa, 27 April 2010
Sebuah rasa..
Kita berangan-angan..
--- kubahagia by Sherina Munaf
Saya tahu, lagu ini lagu yang sudah lama sekali release.. tepatnya sebagai soundtrack film Laskar Pelangi :) seorang teman mengatakan sesuatu pada saya saat saya mengatakan :
"Mbak, saya lagi suka lagu ini!" dengan penuh kebinaran. Dia menjawab,
"Lha.. ini kan lagu lama.. soundtracknya Laskar Pelangi." dengan polosnya aku respon.
"Masak?" hehehe ketahuan gak gaul deh.. jadi saya tau klo itu soundtrack lagunya Laskar Pelangi setelah diingatkan teman saya itu... ck ck ck :p
Oke. Bukan itu sebenarnya yg mau dibahas (hehe kisinan ceritanya..) Yg hendak diangkat adalah isi dari lirik lagu itu. Saya begitu tersentuh, sederhana sebenarnya.. tapi sungguh saya menyukai lirik ini : rasa syukur ini karena bersamamu, juga susah dilupakan.. dan keseluruhan dari lirik ini menarik :) menggambarkan suasana bermain, bersuka cita, dan saling berbagi dlm sebuah kebersamaan. Indah. Manis. Membuat tersenyum bagi yang mendengarkan lagu ini.
Mengingatkan pada sebuah anugerah indah dari Sang Maha Pecinta, Allah, yakni Persahabatan, yang menjelma menjadi Persaudaraan. Sebuah tema yang tak pernah membosankan untuk dibahas. (saat saya menulis ini pun sambil mendengarkan lagu itu). Terus terngiang-ngiang di kepala saya, orang2 yang telah tertoreh nama-nama mereka di ruang hati. Hmm.. *melankolis mode On deh. Nama dan wajah mereka bermain-main di ruang hatiku, kemudian kisah2 bersama mereka tiba2 hei...! jadi sebuah pelangi.. :) hmm.. kenapa pelangi? mungkin karena bersama mereka tak selalu bahagiaaaaa.. namun penuh suka duka, marah, tertawa, dan lain sebagainya.. warna merah bisa sebagai rasa semangat, warna hijau bisa sebagai rasa ketentraman, warna biru bisa sebagai rasa romantis (halah ngarang!) pokoknya setiap warna menandakan keberagaman situasi dan rasa yg pernah dirasakan bersama mereka-mereka, para sahabat yang telah membersamai sejak mengenal kata dan mengenal rasa.. hmm :)
Eh, sekarang saya sedang mendengarkan lagu ini :
Sebiru hari ini, birunya bagai langit terang benderang, Sebiru hari kita, bersama di sini..
Seindah hari ini, indahnya bak permadani taman syurga, seindah hati kita, walau kita kan terpisah..
Bukankah hati kita telah lama menyatu, dalam tali kisah persahabatan ilahi..
Pegang erat tangan kita terakhir kalinya, hapus air mata meski kita kan terpisah..
Selamat jalan teman, tetaplah berjuang, moga kita bertemu kembali..
Kenang masa indah kita, sebiru hari ini..
--- sebiru hari ini by EdCoustic.
Hmm lagi-lagi perlu merenungi kisah-kisah berjuang bersama, bersama sahabat2 yg telah mengajak ke dalam jalan juang ini, terngiang sahabat2 yg telah "memaksa" kita untuk melibatkan diri dalam sebuah jalan yang sering beronak duri ini.. hmm.. yang akhirnya kita justru jatuh cinta jadinya. Jatuh cinta pada jalan suka duka, jalan cinta yang pernah dilalui oleh para sahabat rasul. Walau kontribusi kita masih jauuuuuuh sekali. Jalan cinta itu adalah jalan keimanan, jalan perjuangan, yakni menuju Allah swt.
Sahabat2 yang mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran..
"Demi masa. Sesungguhnya orang-orang berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." ~ terjemahan Qs Al 'Ashr : 1-3
Seperti beberapa hari yang lalu, saat saya merasa down dn merasa gagal menjadi seorang sahabat yang baik. Dia mengatakan : "Cukup Allah ukhti, semakin kita hanya berharap Allah, maka semakin bebaslah kita dari kesempitan hati dan semakin bahagialah hidup ini (karena rasa syukur)"
*Terharu..
Sungguh kado terbaik adalah seorang sahabat yang mampu menerima kita apa adanya, mengingatkan dikala lupa, mendukung dikala benar, dan menasehati dikala salah.. Seperti saat seorang adinda mengungkapkan rasa cintanya pada saya malam ini *berbunga-bunga ni ceritanya ^^ hal ini merupakan hadiah kecil yang berharga dari Allah. Apalagi jika seorang saudara menyatakan mengenal kita merupakan sebuah mimpi, alangkah bahagianya kita ya? Padahal bagi saya mencintainya adalah kado kecil berharga.. mencintai seseorang adalah sesuatu, dicintai seseorang adalah indah, dicintai seseorang yang kita cinta adalah istimewa.. :)
Hhh.. Cukup Allah bagiku.. Rabb..
Perjalanan cinta masih sangatlah panjang.. yuk mari warnai hati dengan pena2 terbaik kita.. mencintai Allah, mencintai kekasih Allah, mencintai saudara seiman dengan sederhana namun berbuah kemewahan syurga, aaamiin ya Allah.
Abdullah bin Masud ra., ia berkata: "Seorang lelaki datang kepada Rasulullah saw. dan berkata: Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang mencintai suatu kaum namun dia belum dapat bertemu dengan mereka? Rasulullah saw. menjawab: Seorang akan bersama orang yang dicintai." (HR Muslim)
Kututup dengan kisah ini :
Sebuah kisah, pada suatu malam Umar bin Khaththab teringat kepada seorang sahabatnya, dan ia terus bergumam lirih : “Mengapa malam ini terasa begitu panjang.” Maka setelah menunaikan shalat Subuh, Umar segera menemui sahabatnya itu dan memeluknya dengan erat! Sbuah penggambaran yg menyentuh dr sosok sekeras Umar ibn khaththab, yg setan pun lebih memilih jalan lain jika berpapasan dengannya.
Allah..
pojok jakarta, 27 April 2010
12.53 am
al fakir
Senin, 26 April 2010
Ketika Rasul saw Marah..
"Dan bersegeralah menuju ampunan Allah yang memiliki surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang dijanjikan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang suka menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran [3]: 134) Dari Abu Hurairah, bahwasanya seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, "Berilah nasihat kepadaku." Rasulullah bersabda, "Janganlah kamu marah." Lalu Rasulullah mengulanginya, "Janganlah kamu marah."
Demikian pula dalam Hadis lain disebutkan, "Tidaklah seseorang dikatakan pemberani karena cepat meluapkan amarahnya. Seorang pemberani adalah orang yang dapat menguasai diri dan nafsunya ketika marah." Sekuat apapun ibadah ritual seseorang, jikalau dia pemarah, maka tetap akan rusak imannya. Kerugian pemarah di antaranya adalah dalam pergaulan ia tak disukai karena para pemarah itu wajahnya tampak tak menyenangkan. Kata-katanya pun kotor dan keji. Bahkan sampai-sampai ia pun seringkali tak sadar apa yang dikatakannya.
Kalau seorang pemarah menjadi pemimpin maka dia tidak akan sukses sebab dia akan diikuti bukan karena kemuliaannya, tapi karena ditakuti. Keputusannya cenderung tak adil karena seringkali emosional. Bila berbeda pendapat, selalu ingin memuntahkan ketidaksukaannya. Singkatnya, pemimpin yang pemarah sebenarnya sedang menunggu waktu untuk jatuh. Seorang ibu yang pemarah akan menularkan budaya buruk terhadap anak-anaknya. Keturunannya akan memiliki dua kemungkinan. Pertama, menjadi pendiam dan beku karena stres.
Kedua, menjadi kasar dan suka berontak. Kalau banyak guru yang pemarah, maka tak usah heran bila murid-muridnya sering tawuran. Bisa jadi salah satu penyebabnya adalah para gurunya kurang mampu memberikan teladan dan menyejukkan hati para muridnya. Pendek kata, para pemarah itu akan membawa bala dan ini tak dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Lalu, bagaimana Rasulullah yang mulia menyikapi marah? Bila masalah pribadi yang dihina, maka beliau selalu memaafkan. Tetapi bila masalah agama dihina, maka beliau akan marah dan selalu siap membela.
Beliau sempat marah ketika perang Hunain berakhir karena kaum Anshar merasa kecewa dan menganggap Rasul tidak adil. Penyebabnya adalah pembagian ghanimah yang sebagian besar diberikan kepada kaum Muhajirin, orang-orang yang baru masuk Islam di Mekkah, dan bukan kepada kaum Anshar. Rasulullah kala itu memerah mukanya sampai-sampai berkata, "Jikalau Allah dan Rasul-Nya dianggap tak adil, maka siapa lagi yang adil. Padahal mereka pulang dengan hanya membawa harta, sedangkan kalian pulang dengan membawa Rasulullah."
Singkat tetapi mempunyai makna mendalam dan tak menyakiti siapapun, bahkan membangkitkan kesadaran. Rasul marah dengan alasan dan cara yang benar, juga pada saat yang tepat, hingga hasilnya bermanfaat. Allah memang menciptakan manusia dengan 'software' gembira dan cinta, juga perasaan sedih dan marah. Dengan marah kita bisa membela keluarga, agama, atau orang-orang yang lemah. Misalnya dalam perang melawan yang batil --emosi termasuk salah satu bagian penting. Jika tidak, justru berbahaya karena tak bisa membela atau membangkitkan semangat.
Pemarah itu ada empat jenis. Pertama, orang yang cepat marahnya, tapi lambat redanya. Kedua, orang yang lambat marahnya dan lambat pula redanya. Ketiga, orang yang cepat marahnya dan cepat pula redanya. Keempat, orang yang lambat marahnya, tapi cepat redanya. Tentunya kita berupaya untuk memilih yang terakhir. Maka dari itu tahanlah sekuat-kuatnya jikalau kita akan marah. Perbanyak istighfar, ta`awudz, atau segera berwudhu. Jangan biarkan kita berada di tempat yang memancing kemarahan. Kalau sudah telanjur marah sebaiknya bertobat.
Kalaupun harus marah, niatnya adalah bagaimana agar orang yang bersalah bisa berubah menjadi lebih baik tanpa terlukai, tanpa kita berbuat zalim. Kemudian janganlah sekali-kali menyikapi orang yang sedang marah dengan kemarahan lagi. Maklumi dan pahamilah terlebih dahulu. Memahami bukan berarti melazimkan atau melayakkan sifat pemarah, tetapi untuk meminimalisasi peluang untuk saling merusak.
--------------------------
Duhai Allah, ampuni dosa-dosa yang telah kami perbuat dengan lisan ini. Ampuni jikalau kemarahan kami menzalimi dan menjadi bencana bagi hamba-hamba-Mu. Ya Allah, karuniakan kepada kami kesanggupan menahan lisan ini dari kemungkaran. Kesanggupan menjaga amarah dan memaafkan orang-orang yang menyakiti kami. Ya Allah, selamatkan umat dan bangsa ini dari amarah yang membawa bala dan bencana, dan belaskasihanilah kami ya Rahman dengan pertolonganMu dalam menempatkan marah pada porsi dan kondisinya. Aamin aamin ya Rabb
Sungguh mereka tidak sedang sekedar merampas tanah, namun sesunggunya mereka tahu, tanah palestina adalah tanah kemenangan, tanah dimana Dajjal akan mati terbunuh oleh nabiyullah Isa alaihissalaam. Mereka Takut!
Maka marahlah jika demikian, marahlah untuk membela kehormatan dan kebenaran Islam.
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah“ ( Al Ahzaab : 21)
Kamis, 22 April 2010
Perjalanan singkat..
Rabu, 21 April 2010
Setelah jatuh cinta, mari bangun cinta.. :)
Terkadang kita lupa dalam berhubungan silaturrahim,
kita tidak sedang membangun hubungan antara pemerhati dan yg diperhatikan....
Namun kita sedang membangun cinta disana untuk saling memberi dan menerima...
Sayangnya, tidak semua manusia mengasah pedang keberaniannya,
untuk lebih menahan ambisi dan emosi, agar ukhuwah ini tetap murni, tetap menjadi rahmat,
menjadi hadiah, bukan musibah....
Sesaat menghayati takzim, ciptaan Allah yang paling dahsyat itu Cinta kah??
Karenanya jalaluddin rumi menjadikannya puisi panjang tentang Cinta?
yang mengubah duri jadi mawar,
yang mengubah cuka jadi anggur,
yang mengubah marah jadi ramah,
............
Sesaat mengingat kata-kata seorang penulis cerdas,
ada yang lebih dahsyat dari kata JATUH Cinta, yaitu Bangun Cinta!
menjadikan Cinta bukan lagi sekedar kata benda, namun kata kerja, Mencintai!
Sayangnya, tidak semua mengembalikan Cinta pada sang Pencipta,
tidak semua memasrahkan Cinta pada sang Pencinta,
Mengaku Cinta, namun tidak banyak yang TULUS...
karena Cinta bukan ditunggu, namun diupayakan...
Sesaat mencoba meresapi, benarkah Cinta dan Benci itu berbeda sangat tipis??
Karenanya baginda nabi saw menasehatkan,
"Cintailah kekasihmu dengan sederhana, boleh jadi engkau akan membencinya pada suatu ketika. Dan bencilah orang yang engkau benci dengan sederhana, boleh jadi engkau akan mengasihinya pada suatu ketika." (HR At-Turmuzi) ?
Kucoba kecap lagi kekata imam asy syafi’i
“aku mencintai orang-orang shalih”
begitu katanya, diiringi titik air mata........
“meski aku bukanlah bagian dari mereka,
...dan aku membenci para pemaksiatNya
meski aku tak berbeda dengan mereka.”
Ah, Allah...Tak berdayanya manusia tanpaMu...
Luarbiasanya ukhuwah, yang bersandar pada Cinta yang membangun...
Karena tiap orang beriman tetaplah rembulan
yang memiliki sisi kelam,
yang tak pernah ingin ditampakkannya pada siapapun
maka cukuplah bagiku memandang sang bulan,
pada sisi cantik yang menghadap ke bumi...
Tanpa melenyapkan semangat menikmati taubat,
dan menikmati hangatnya nasehat...
Pojok Jakarta, 4 Agustus 2009 (02:07 am)
menanti cintaNya...
Life is So Short! Cukuplah sampai disini untuk bersikap tidak dewasa
Allah...Allah...Allah...tak berdayanya tanpaMu, kehidupan dunia ini pendek, namun tampak berserak kecongkakan dr hamba2Mu dalam menerima kebenaran...wahai pemuja akal...Allah tak menciptakan akalmu sebagai panglimamu! Namun Allah menciptakan hatimu sebagai panglima keseluruhan jasadmu! Lukislah duniamu dengan hati...hati yang bersih, hati yang hanya mengharap kebenaran, hati yang tidak ingkar secuilpun! Allah...sanggupkah aku?
”ingatlah dlm tubuh manusia itu ada segumpal daging. Apabila ia baik, akn baiklah seluruh tubuh itu, tetapi bila ia rosak, maka akn rosak pula tubuh ini seluruhnya. Segumpal daging itu adalah hati (qolbu)” (HR Muttafaqun ’Alaih)
Jawablah : Harus Sanggup!!!
Dihamparan bumiNya, terdapat banyak tanda-tanda kekuasaanya, tak cukup kah?? Allah menciptakan rasa benci, agar kita mengenal "cinta"! Allah menciptakan rasa cinta, agar kita mengenal "memahami"! Memahami bahwa Allah menciptakan tiap detik kejadian didepan MATA dan MATA HATI, tidak untuk sebuah kesia-siaan...sedang aku masih tertatih, untuk memahaminya, Allah...
Hati yang baik, bukan hati yang sekedar ramah dan murah hati, namun Hati yang baik adalah yang terbebas dari berbagai bentuk penyakit hati yang membakar semua amal shalih menjadi ABU!!! Allah tolong hamba.....hati yang terbebas dari Ujub (merasa mampu), hati yang terbebas dari Riya (pamer), hati yang terbebas dari Sombong ('bangga' diri), hati yang terbebas dari Dengki, hati yang terbebas dari Takabur (Merasa paling benar)...hanya dengan ini Engkau ridho...karena hati yang ini yg akan menjadi panglima yang baik untuk keseluruhan jasad membawa pada rahmatMu Allah......
Dunia sudah tua, meski begitu hidupku tetap pendek, sampai hatikah aku mengisi waktunya dengan menzhalimi diriku sndiri dengan membiarkannya kelak tercabik panas Jahannam, Allah................
Aku, kamu, masihkah ingin menunda menggapai rengkuhan CintaNya? ...yang Keindahannya tak terjangkau akal pikirku dan akal pikirmu.....
Wahai pemuja akal, cukup...cukup.....karena sia2 jika hatimu kotor oleh debu2 riya, sombong, takabur, ujub, iri dan dengki!
dari Abdullah ibnu Mas'ud RA berkata,
“Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk kedalam surga, seseorang yang didalam hatinya terdapat kesombongan (takabur) seumpama biji sawi.”
Sungguh Allah tidak kejam! Allah dengan segala cintaNya, Maha Tahu segala keterbatasan hambaNya, namun sampai hatikah aku, kamu, untuk tetap menunda membangun cintaNya di hidupku dan hidupmu?
Dari Abdullah RA berkata:
“Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk kedalam neraka, seseorang yang didalam hatinya terdapat keimanan seberat biji sawi."
Allah....Allahu Allah....
Cukuplah sampai disini untuk bersikap tidak dewasa!!!
Ganti lembaran kanvas hidupku, dan hidupmu, Sekarang!!!
Lukis dengan kesabaran, keikhlasan dan rasa Syukur yang luasnya seluas Telaga....
Sabar melewati ujian suka duka dariNya, ikhlas menerima ketetapan dariNya, dan Syukur atas nikmatNya yang tak terhingga....
Irhamna ya Rabb.....
Allahu A'lam Bishowab, Allahul Musta'aan....
Mohon berbagi nasehatnya...
Jazakumullah khair
Sabtu, 09 Januari 2010
Dialog Hati...
Suatu malam saat aku berdialog dengannya, tiba-tiba mengalir deras untaian hatinya yang selama ini berkecamuk. Sambil berderai air mata ia menceritakan semua. Dalam sebuah ruangan hangat di suasana luar yang dingin.
“Ayahku.. sejak aku kecil selalu diam jika ibu mulai marah-marah.” Aku menatap serius wajah cantiknya yang basah oleh air mata. Ia tertunduk. Sesenggukan.
“Terus…” aku berucap lirih
“Aku hanya terpaku kebingungan, cemas, takut…berharap hanya sekedar marah-marah.” Aku mengernyitkan dahi.
“Maksudmu…?”
“Iya, ibu tak akan segan-segan jika marah akan jadi ringan tangan…aku hanya bisa mengendapkan rasa sakit dan perih hatiku, menyaksikan semuanya.” Aku mulai berkaca-kaca, melihat air matanya yang semakin menderas dipipinya yang merona…
“Aku sama sekali tidak tahu alasannya, kenapa semua itu terjadi…ada apa dengan mereka…” Aku semakin mengernyitkan dahi.
“Dalam otakku saat itu adalah mereka akan cerai besok, pasti, dan itu membuatku hancur…” Ia terus menumpahkan resah hatinya, resah yang ia pendam sejak 15 tahun yang lalu itu… aku sangat sakit mendengar kisahnya...
“Aku ingin marah pada ibu saat itu, karena aku sungguh-sungguh hancur menyaksikan semuanya…”
Ya Allah…
Dialog itu terus mengalir hingga di pertengahan malam. Aku hanya bisa sesekali mengusap air matanya, memegang pundaknya, ingin rasanya mengungkapkan, aku di sini untukmu, aku akan mendengarkan kisahmu… ia wanita yang ikhlas… muslimah yang kuat, menurutku…
Ayahnya yang kutahu, adalah seorang pria pendiam, ramah, dan tidak kasar. Ibunya, yah seperti yang ia ceritakan padaku. Wanita keras yang kaku. Kadang terdengar kasar. Tapi aku selalu mengatakan padanya dengan amat sangat serius, “dia tetap ibumu…dia tetap menjadi keutamaanmu…” dan ia hanya bisa menangis mendengar kata-kataku. Aku kembali sakit menatapnya. Aku ingin mengerti, aku ingin memahami, tapi biarlah itu menjadi rahasianya dulu…hingga akhirnya aku tahu, bahwa ayahnya memang bukanlah seorang lelaki yang baik agamanya, banyak hal harus aku rahasiakan disini. Cukuplah aku tahu, ayahnya seorang yang pernah melakukan sesuatu yang dilarang agama. Aib. Ibunya tidak terima, dan ditampilkan dengan caranya itu, kekerasan. Ia menyaksikan kekerasan itu sejak kecil. Allah…
Ia tidak sendirian, sebenarnya, aku ingin mengatakan padanya, percayalah padaku, aku adalah sahabatmu… aku akan mendoakanmu selalu, juga untuk ayah dan ibumu, juga untuk adikmu yang juga merasakan kepedihan yang sama denganmu.
“Kau tidak bisa selamanya berada dalam lingkaran masa lalu.. Kau tidak akan selamanya disana…” aku memegang kedua pundaknya. Ia menatap dengan matanya yang sayu dan masih mengalirkan cairan hangat.
“Bergeraklah, bersujudlah, angkat tanganmu meminta pada Yang Maha Memberi. Dia Yang Maha Memberi permasalahan, kembalikan pada Yang Memberi dengan kepasrahan, mengikhlaskan semuanya untuk menjadi sebuah episode yang memang sedang Dia kurniakan untukmu… bersiaplah, aku yakin kau akan jadi mutiara yang sinarnya akan menggerlapkan mata yang menatapmu, bersiaplah, kau akan jadi pedang yang kilap ketajamannya mampu menundukkan kesombonganmu sendiri… kemudian menaklukkan kesedihanmu.. bersiaplah, aku yakin semua akan berganti menjadi mempesona indah pada waktunya…”
Leganya hatiku, ia tersenyum… ia mengusap sendiri air matanya, ia tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi. Kemudian ia memelukku dan mengatakan,
“Terimakasih sahabatku… meski kini aku masih harus terus berjuang, bersabar untuk mengutamakan ibuku, bersabar untuk dalam waktu tak kuketahui kapan lagi aku bisa mencium tangan ayahku… karena aku tidak tahu dimana ia sekarang. Aku masih hanya bisa berharap pertolonganNya yang selalu dekat disaat kita ridho pada setiap kehendakNya… semoga aku kuat.” Kini aku yang mengalirkan air mata menderas… dan mengucap lirih dengan perasaan yang bergetar…
“Aamin ya Rabb…”
---
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” ~ Qs Al Baqarah : 155
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” ~ Qs Al Baqarah : 214
Inspired by true story
Dian Eka
Pojok Jakarta, 9 januari 2010 (10.00 pm)
Jumat, 08 Januari 2010
Maka, ambisius itu bukanlah Sang Pemimpi!
Kondisinya, jika suatu ketika si ambisius dihadapkan dengan situasi yang ternyata membuat ia terperangah, bahwa banyak orang-orang hebat di luar sana, terutama di bidang yang sedang ia tekuni dengan ambisinya. Terperangah yang tidak jarang membuat merasa jauh tertinggal, kemudian tidak jarang pula menjadi stress, kepikiran, bahwa sekarang ia sedang di ambang kegagalan, tidak bisa menjadi yang terbaik, parah!
Tulisan ini sama sekali tidak sedang bermaksud mengajak orang-orang untuk tidak bermimpi, tapi justru saya sedang menjabarkan dukungan saya, dan membagi opini tentang dua kondisi yang ternyata berbeda, si Ambisius dan si Pemimpi.
Suatu hari, seorang muslimah yang lebih berpengalaman menyampaikan satu hal yang tak terduga sebelumnya kepada saya, sekitar 5 tahun yang lalu. Saat saya masih duduk di bangku kuliah semester awal. Usianya memang lebih tua 4 tahun, seorang muslimah yang cerdas, kuat, hebat, bagiku…dengan IP di bidang Kimia nyaris 4, hapalan Al Qur’an yang sudah tidak diragukan lagi, dan dengan segala ujian pribadinya yang saya ketahui, namun ia tetap ikhlas hmm…tidak berlebihan jika kusebut ia cerdas, kuat, hebat, ia adalah teman sekamarku di Kos. Saat bercengkerama disebuah kos-kosan dekat kampus Universitas Mulawarman, di Samarinda.
Ia menyimpulkan tentang saya bahwa, saya ambisius!
Dulu, di awal-awal kelas 2 SMA hingga awal-awal kuliah, saya selalu ingin bisa dalam segala hal, bertanya ini itu yang tidak saya tahu, kadang memaksa untuk diajarkan pada bidang yang sebenarnya perlu waktu lama, sepertinya ini membuat mereka kesal pada saya, membaca banyak buku walau bukan bidangnya, ada yang selesai ada yang sampai sekarang pun belum selesai, saya tidak ingin jika orang lain bisa, namun saya tidak. Buruknya, sifat ambisius saya tidak banyak berefek mempengaruhi masa depan saya! Sungguh hingga suatu ketika teman saya itu mengatakan hal tersebut, dan kemudian ia melanjutkan satu kalimat yang membuat saya agak kaget, saya tidak fokus! Sedih mendengarnya, sedih mengingatnya..
Di sisi satu, semangat saya mempunyai impian bisa di banyak hal yang orang lain disekitar saya tidak bisa, disisi lain saya menjadi lalai pada hal-hal yang seharusnya saya prioritaskan, ambisius ini sungguh buruk untuk saya.
Belum selesai.
Suatu hari, beberapa lama kemudian dari kejadian di atas, saya bersantai dengan seorang muslimah sahabat saya sejak SMA. Darinya saya mendengar kalimat ini untuk pertama kali, “don’t think to be the best, but think do the best”. Sekejap saya semakin yakin, sikap ambisi saya yang amatiran itu sungguh-sungguh mengganggu saya. Labil. Sekejap saya tersadarkan, bahwa mimpi untuk bisa dalam segala hal, menjadi yang terbaik di mana pun saya beraktivitas, hanyalah pengertian lain dari arti ambisius.
Mulai dari sini saya yakin ada yang bisa disimpulkan, bahwa di saat kita berpikir menjadi yang terbaik, kita akan merasa gagal jika ada yang lebih baik, bahkan jauh lebih baik, dan ini berefek buruk, kita merasa tersaingi, dan tanpa sadar atau tidak, kita selalu mencari segala informasi, apakah saya masih yang terbaik atau tidak, sungguh merepotkan! Ini juga adalah hasil dari dialog saya beberapa hari yang lalu dengan seorang sahabat muda yang tidak kalah cerdas dan kuat dengan teman satu kos saya itu. Disebuah kos dimana ia tinggal, saat saya bersilaturrahim.
Sahabat muda yang baru saya kenal belum satu tahun itu menyimpulkan, mimpi untuk menjadi yang terbaik hanyalah cara lain untuk membuat kita menjadi ambisius.
Saya teringat dengan catatannya tentang mimpi, yang diiringi dengan aksi. Menyadarkan bahwa sebuah mimpi-mimpi harus sungguh-sungguh diikuti dengan aksi terbaik, bukan ambisi yang ngalor ngidul, yang mungkin kita tak sadari menyakiti orang-orang disekeliling kita. Menyadarkan saya, bahwa inti dari catatannya itu adalah sebuah aplikasi nyata dan realistis dari kalimat “don’t think to be the best, but think do the best!”
Dengan berpikir demikian, saat mimpi-mimpi kita belum terwujud, kita tetap teguh melakukan aksi terbaik kita. Kita tidak akan merasa jatuh dan gagal, kemudian goyah atau putus asa. Dengan berpikir demikian, kita tidak akan terfokus pada hasil, namun terfokus pada cara kita untuk mencapai mimpi itu. Cara yang baik kah? Atau cara yang kita sendiri telat menyadari ternyata cara kita menzhalimi diri sendiri dan orang lain?!
“Katakanlah: ‘Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya.” ~ Al-Israa’ : 84
“Katakanlah: ‘Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu, sesungguhnya aku pun berbuat (pula).” ~ Al-An’aam : 135
“Dan Katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” ~ At-Taubah : 105
Keep moving forward, lakukanlah yang terbaik, dan tunggulah kejutan-kejutan dari Allah, yang akan membuat kalian sibuk untuk mensyukurinya. Kejutan-kejutan kecil dan besar, yang terus mengalir deras… :)
Dian Eka
Pojok Jakarta, 01.10 am 8 januari 2010/21 Muharram 1431
__________________________
PS. Bersyukur tak terhingga, penghargaan untuk mbak Yuli Hartati, sahabatku Meita Taury, dan adikku Oki Setiana Dewi, yang telah menginspirasi rangkaian catatan ini...
Senin, 04 Januari 2010
Menjadi diri apa adanya, atau???
Kadang banyak orang selalu mengatakan, ingin menjadi diri sendiri apa adanya… beberapa sangat membanggakan dirinya yang apa adanya, menikmati hidupnya yang apa adanya dia ingin lakukan, menampilkan sosok yang, “ini lho aku..!” ya, menjadi diri sendiri yang inilah aku, dan… jangan protes! O-ow…ujungnya tidak nyaman kudengar.
Ini yang ingin saya angkat.
Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun, karena saya sedang menasehati diri sendiri dengan segala renungan yang masih terbata-bata, yang kadang membuat marah pada diri sendiri, “kamu ini selalu saja ceroboh, tersandung kerikil kecil kemudian lalai…” na’udzubillah…
Saya ingin berbagi kisah ukhuwah dan perenungan pribadi ini, sekaligus mengharap bagi yang membacanya bisa merenungi episode ukhuwah masing-masing…dan jika berkenan memberikan nasehatnya untuk saya :)
Suatu hari saya bercengkerama dengan seorang saudari seiman, saya bercerita tentang fenomena akhlak muslimah yang menurut saya pribadi, saya tidak melihat kenaturalan dalam sikapnya, saya (mungkin) masih melihat luarnya saja, yaa..sebatas saya yang sok tahu J saya bercerita dengannya, dan akhirnya saya berkata…
“saya masih merasakan kepura-puraan…” kemudian dia menjawabnya dengan jawaban yang bagi saya sangat baik!
“hmm, mungkin benar, ia sedang berpura-pura, tapi kita bisa saja melihatnya sebagai bentuk usahanya ingin menjadi seseorang yang lebih baik…”
Ya, saya menangkap satu hikmah dari dialog kami itu, terkadang biarlah kita “berpura-pura” HANYA jika kita memang benar-benar ingin jadikan hal tersebut sebagai bentuk usaha untuk menjadi apa yang kita tampilkan itu…yang kemudian kita yakin, ini sebuah akhlak yang tidak salah untuk dipertahankan.
Kembali pada topik menjadi diri apa adanya, saya teringat sebuah lirik sebuah nasyid,
Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku.......
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Ku pun tak sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki
Syair itu menunjukkan, jika memang demikian pemikiran orang-orang yang ingin menjadi diri sendiri, kemudian ia percaya segala bentuk kekurangan dan kelebihan tetaplah anugerah hidup dari Allah swt, kemudian ia percaya bahwa ia menjadi diri apa adanya yang TANPA diikuti kalimat jangan protes! Maka bagi saya ini adalah hal yang baik, sangat baik bahkan. Bagai pelangi yang berwarna-warni, masing-masing menjadi warnanya sendiri kemudian menjadi indah. Karena ada kegiatan nasehat menasehati disana.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Qs Al Ashr : 1-3
Lho, kok kontras dengan opini “kepura-puraan” di paragraph sebelumnya?? Ya mungkin ada yang bertanya tanya :) itulah mengapa saya katakan, “jika demikian”. Menjadi diri apa adanya yang tetap dalam kebaikan, bukan lantas melarang saudara-saudaranya “protes” jika ada yang salah pada diri. Sementara “kepura-puraan” adalah opini lain, saat seseorang memilih untuk “berpura-pura” menjadi orang lain, maka ia harus menghujamkan pada jiwanya, seperti apa yang dikatakan teman bercengkerama saya tadi,
“…sebagai bentuk usahanya menjadi seorang yang lebih baik…”
Mari belajar pada sekolah kehidupan yang pelajaran-pelajarannya berserakan di bumi ALLAH swt…