Selasa, 31 Mei 2011

Alasan Berbuat Baik

Setiap tindakan atau apapun yang keluar dari seseorang, lisan dan perbuatan, semua berangkat dari sebuah alasan. Tidak mungkin tidak. Alasan yang masuk akal maupun yang masuk jantung (eh, bingung yah) :) Maksud saya, alasan yang secara hakiki dapat diterima akal (otak) kita, maupun alasan yang hanya bisa dimengerti dengan qolbu (jantung) eh, kok jantung sih? Iya, klo hati bukan qolbu bahasa arabnya, tp kibdah. Atau dari hasil terjemah google dari bahasa inggris ke bahasa arab, hati (liver) berarti al Kabad. Ini bakal ada pembahasan sendiri yang agak panjang kalau mau dibahas, jadi nggak usah dibahas ya hehe.. tapi penasaran yah :p

Rasulullah menyampaikan, "Ketahuilah bahwa dalam jasad ini ada segumpal daging, apabila segumpal daging itu baik, maka akan menjadi baik semuanya, dan apabila segumpal daging itu jelek, maka akan jeleklah semuanya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah qolbu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).


Bahas sedikit tentang Qolbu, Qalbu (bentuk fisik) dalam kamus Bahasa Arab didefinisikan sebagai ‘organ yang sarat dengan otot yang fungsinya menghisap dan memompa darah, terletak di tengah dada agak miring ke kiri’. Jadi, qolbu adalah jantung. Sehingga, jika dihubungkan dengan apa yang rasulullah sampaikan, berarti jantung mempunyai peranan sangat penting yang berhubungan dengan keseluruhan jasad, menjadi tolak ukur kebaikan seluruh jasad seseorang. Kita bisa menyimpulkan, bahwa ada sebuah hubungan antara kesehatan jasad secara kesuluruhan dengan sehatnya qolbu (jantung), karena jantunglah yang mengalirkan seluruh darah ke sepanjang pembuluh, dimana memerlukan darah di sekujur badan.

Gampangnya, kalau kita marah, sedih, cemburu, dengki, atau perbuatan yang gak sesuai aturan, yang sakit atau tiba-tiba nyeri kadang terasa sesak, itu terasa di sebelah mana? Kalau saya, jawabannya dada sebelah kiri :) hehe *gak bo'ong :D

Oke. Itu tentang qolbu yah :) tapi kalau ada yang mau mengartikan secara abstrak, qolbu adalah nurani / hati ya silahkan, tapi itu bukanlah arti secara yang sesungguhnya (harfiah / fisik)






ALASAN Berbuat Baik

Saya sharing dengan teman-teman tentang pengertian "alasan" menurut mereka. Sejauh menurut pendapat mereka saja. Soalnya ada yang bingung, ada yang nggak mau jawab karena merasa tidak kapabel, dll. Saya tanya teman-teman via apa saja, hehe.. baik langsung maupun lewat dunia maya. Akhirnya berujung pada satu kesimpulan, bahwa "alasan" adalah sesuatu yang menjadi latar belakang seseorang melakukan sesuatu. Baik maupun buruk. Positif maupun negatif. Semuanya.

Kemarin saya tanya teman-teman di twitter. Mengapa seseorang itu mau berbuat baik. Macam-macam juga jawabannya. Ada yang karena mengharap pahala dari Allah, karena sayang dan cinta pada orang yang dibaiki, dll. Semua itu adalah alasan mereka. Jujur dari hati, spontan :) Lalu berikut adalah alasan-alasan seseorang berbuat baik, menurut pendapat saya yang masih perlu contek sana sini (baca : Belajar dari orang lain) :) Semoga bisa memancing pendapat yang lain..

Senin, 23 Mei 2011

Pelangi Anak : Pelajaran di Setiap Hal

Waktu yang efektif bagi seseorang untuk merenungi sesuatu adalah di saat sendiri. Di saat seperti itu, ia hanya akan berdialog dengan diri dan Zat Yang Maha Tinggi. Di tulisan saya Diam adalah Emas, salah satu waktu untuk kualitas merenungi kekuasaan Allah dalam diri dan sekitarnya adalah saat diam. Terdapat ruang di sana untuk merenung. Di ruang diam (sendiri), ia membicarakan dirinya sebagai manusia yang kapanpun bisa menjemput maut, entah kapan.

Namun ada satu waktu yang tak melulu harus menyendiri untuk merenungi sesuatu hal atau kejadian. Dalam artian tidak benar-benar sedang sendiri. Di saat keramaian mengelilingi diri kita pun, kesendirian bisa terasakan. Di saat inilah, siapapun bisa saja merenungi apa-apa yang ia lihat dan ia dengar. Saya tidak akan membicarakan diri saya. Yang ingin saya bagi adalah sebuah kejadian yang membuat saya merenung ketika saya sedang sendiri di tengah keramaian.

Masing-masing orang mempunyai latar belakang yang berbeda. Cara didik orang tua, sikap lingkungannya, kebiasaan dalam keluarga, dan lain-lain. Semua menjadi faktor pembentuk pola pikir dan karakter seseorang dalam mengambil keputusan. Sekecil apapun besar resikonya. Tiap kejadian di sekitarnya, dari lahir hingga mampu berpikir, akan menjadi bagian-bagian memori yang tersimpan dalam pikiran bawah sadar seseorang. Yang akan berperan besar dalam membentuk  sikap seseorang dalam menghadapi sesuatu. Sekecil apapun masalahnya, seremeh apapun kejadiannya.

Suatu hari, di perjalanan pulang dari kegiatan. Di sebuah shelter Busway di grogol - Jakarta Barat. Saya melihat pemandangan ibu dan dua anaknya yang sedang menunggu Busway, saya juga. Terjadilah sesuatu yang membuat hati saya sedih. Yakni kalimat-kalimat yang terlontar dari si Ibu ketika anak-anaknya yang masih berusia 9-10 tahun saling bercanda tawa.
"Heh! Diem kagak lo!? Kalo kagak gua dorong juga lo!" Sambil nyubit lengan si anak yang tersenyum kecut, mungkin menahan malu dan sakit.
Antara kaget dan bingung dengan jalan pikiran si ibu, saya hanya terdiam memandang kejadian itu dengan pilu. Hanya bisa menyebut nama Allah.. apalagi saya belumlah pantas menilai sikap barusan. Sedih. Lalu suatu hari, di pengajian rutin saya biasa hadir. Tak terlalu jauh dari rumah. Ada rasa bahagia ketika berjumpa dengan teman-teman di sana. Bagi saya lebih tepatnya sekumpulan saudari-saudari seiman :) Oke, bukan itu yang mau saya bahas hehe.. Nah, salah satu teman membawa anak batitanya. Usianya mau 3 tahun. bayi yang lucu, menggemaskan, dan ramah >,< Hingga akhirnya, si bayi menumpahkan susu kemasan yang mau diminumnya. Olala, tumpah di bajunya dan alas di mana kami duduk. Si ibu marah! Ya, marah. Begini marahnya,
"Eh.. Udah ya dedek.. jangan ditekan-tekan dong pintar! Udah disedot aja, jangan ditekan... Umi nggak bawa baju ganti dedek.." Sambil mengelap tangan batitanya yang belepotan susu dengan tisu. Si batita sedikit tersipu malu karena merasa bersalah, dilihat teman-teman uminya, termasuk saya yang tersenyum gemas padanya.
Di lain situasi. Ketika saya berada di sebuah lokasi tempat saya bekerja. Ada kejadian yang berbeda lagi dari dua kejadian di atas. Seorang anak yang cantik, pintar, lincah, dan percaya diri. Di sela-sela pekerjaan saya yang hanya sebagai asisten saat itu, saya memandang kejadian yang membuat saya tanpa sadar merekamnya. Si anak asyik dengan gadget bukan miliknya, iPod touch yang bagi saya merupakan barang canggih. Tidak akan saya jabarkan detil karena saya gagap teknologi.. :p Dia taruh Blackberry miliknya.
"Mama... keren iPod nyaa.. nanti beliin ini yaa.. yaa yaa...?" Sambil tetap asyik, orang-orang disekelilingnya senyum-senyum kepadanya, memperhatikannya.
"Nanti aja ya.." Mamanya berkata
"Aaah nggak, pokoknya iyaa... oke okee..." dan si ibu diam.
Lalu, salah satu orang dewasa disebelahnya berkata, "Iiih, kamuu pinter banget, gemes deh.." si anak satu-satunya anak-anak disitu.



Saya termenung dengan tiga situasi yang berbeda ini. Antara senyum gelisah, sedih, prihatin, khawatir lalu entah apa rasa yang tepat untuk menyimpulkannya. Bersyukur masih ada yang begitu santun dan mendidik kepada anaknya. Sudah pasti akan banyak timbul pendapat dari kejadian-kejadian itu. Saya, yang belumlah sempurna diin nya.. (masih separuh karena belum menikah :p) tentu tak banyak yang bisa saya bahas. Karena tentu menyangkut hal bagaimana seorang IBU mendidik anaknya, memberikan contoh perbuatan (baik maupun buruk), menghadapi sikap-sikap tingkah laku anak, belumlah lagi menghadapi suami atau ayah anak-anaknya, yang saya BELUM ALAMI :')

Namun saya tetap ingin mencobanya, mencoba menyinggungnya dari sisi si anak. Yang pertama, saya yakin, si anak tidak tahu dimana letak kesalahannya, yang ia tahu, ibu nya tidak suka dia bercanda tawa. Artinya, bercanda tawa adalah sesuatu yang tidak boleh dilakukannya. Ini yang akan menjadi memori seumur hidup dalam pikiran bawah sadarnya. Yang kedua, si anak menangkap bahwa saat minum susu kemasan tidak boleh ditekan, dan kejadian barusan baginya sebuah pelajaran, ibu nya marah, tapi ia tetap anak pintar. Tidak ada tekanan atau sikap yang menyakitkan. Yang direkam pikiran bawah sadarnya adalah, ibunya mempercayainya bahwa ia pintar, dan ia salah ketika ia menekan kemasan hingga susu tumpah mengotori baju satu-satunya, karena ibunya tidak membawa baju ganti. JANGAN SALAH, semua ini benar-benar akan direkam oleh pikiran bawah sadar si anak. Di saat otak dan akal belum mampu membedakan mana yang salah dan benar, dan karena anak-anak belum memakai hawa nafsu, maka pikiran bawah sadar yang murni dan jujur lah yang merekam tiap kejadian yang di alaminya. Yang ketiga, si anak merasa setiap yang dilakukannya adalah hal wajar, tidak salah. Jika terus dibiarkan pikiran bawah sadar anak akan menyimpan pola pikir ini hingga dewasa. Apalagi jika ia terus berada dikeliling orang-orang dewasa yang memuji-mujinya, tanpa teguran atau nasihat.

Semoga para wanita, khususnya muslimah, mau terus belajar untuk terus mendidik dirinya, untuk mendidik anak-anaknya.. aamin
Salam hangat, @dianmartiandani

Senin, 16 Mei 2011

Rabu, 11 Mei 2011

Langgam Sahabat..

Langgam sahabat.. Langgam artinya gaya irama dalam nyanyian / senandung atau gaya khas atas sesuatu atau adat kebiasaan. Sahabat artinya seseorang yang mendukung ditiap impian-impian kita, pekerjaan, dan menghibur disaat duka, terlepas dari sisi negatif atau positif.

Saya menyukai pertemanan, saya mencintai persahabatan, dan ini merupakan hal yang siapapun juga merasakan demikian. Sejahat apapun hatinya. Siapapun bisa menjadi seorang sahabat dalam hidupnya. Siapa saja. Tergantung pada prinsip masing-masing dirinya. Hendak menjadi sahabat dalam hal apakah kita? Hendak menjadi sahabat yang seperti apakah kita?

Jika kita mempunyai sahabat yang begitu mencintai kita, sering mendukung kita dalam setiap pekerjaan kita, lalu menghibur kita disaat kita mendapat kesedihan, wah betapa bahagianya kita ya? Tapi adakah sahabat yang mencintai kita itu mengingatkan kita dikala kita melakukan kezhaliman? Maka disini kita akan menemukan jawaban, sahabat seperti apakah yang telah setia pada kita itu.



Ada ungkapan yang saya baca di web pak Jamil Azzaini (ya, saya sedang sangat menyukai tulisan-tulisan beliau) : Orang yang selalu merendahkan orang lain ketika bersama Anda, iapun akan merendahkan Anda ketika ia bersama orang lain. Apa yang sahabat pembaca pahami dari ungkapan ini?

Bagi saya, kalimat ini bukan untuk sekedar menilai sahabat seperti apakah sahabat kita. Tapi menjadi pengingat diri, sahabat seperti apakah kita bagi orang lain? Atau mungkin bahkan kita bukanlah sahabat siapa2? Mungkin kita tidak menyadari, ungkapan di atas sebenarnya ditujukan kepada kita pribadi. Di saat kita bersama seseorang, apa yang kita bicarakan kepadanya? Membicarakan hal-hal yang baik kah? Atau merendah-rendahkan orang lain didepannya? Kesimpulannya, jika YA jawabannya, maka kita BUKAN lah seorang sahabat kebaikan, akan tetapi kita adalah sahabat KEZHALIMAN.


Lalu pertanyaan lagi, benarkah jika seorang sahabat merendahkan orang lain di depan kita, iapun akan merendahkan kita didepan orang lain. Saya katakan, ya. Karena seseorang dapat kita lihat bagaimana watak aslinya, disaat kita berinteraksi dengannya lalu berdiskusi atau sekedar berbincang-bincang dengannya, lalu melihat caranya menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Jika kita melihat cara dia memperlakukan seseorang lain dengan buruk dihadapan kita, maka itulah kebiasaannya. Langgam sahabat yang buruk..


If you can't to be a friend, don't be a disturber.
If you can't to be a friend, don't be a hurter.
Because, when we disturb and hurt, we are not a friend, moreover a bestfriend.

tapi..

"Siapapun bisa menjadi sahabat. Sahabat kepongahan atau sahabat kerendahhatian. Sahabat kelaliman atau sahabat kebenaran. Choose it."

_________
Salam sahabat,
@dianmartiandani

Sabtu, 07 Mei 2011

Penyakit "kecil" Dalam Diri

Sudah beberapa bulan lalu saya suka menyimak 'kicauan' pak Jamil Azzaini melalui akun twiternya, seorang motivator dan trainer yang saya 'kenal' dari twitter, sebelumnya gak tau siapa beliau ini. Ternyata kicauan-kicauan beliau membuat saya tertarik membuka catatan-catatan beliau di web pribadi beliau : www.jamilazzaini.com. Saya baca-baca catatan-catatan beliau yang inspiratif, lucu, menyegarkan dan membuat semangat :) Bagus pokoknyaa~

Eh, jadi kayak iklan yaaa~ :D

Sebenarnya seperti dicatatan saya sebelumnya tentang Siapapun adalah seseorang! Disitu saya pribadi berharap siapapun bisa menjadi motivator bagi dirinya, dan alangkah baiknya bisa memotivasi orang lain juga. Siapapun bisa menjadi seseorang dalam hal ini seseorang yang baik, menginspirasi, dan mampu menjadi teman bahkan sahabat melalui lisan, tulisan, dan sikap kesehariannya. Sehingga, seperti yang aa Gym bilang, mulailah dari diri sendiri, dan jagalah hati! (Halah, dilempar sendal!) Tapi beneraan~ ya sudah.. iya iyaa baca sendiri aja yang belum baca catatan saya yang itu ya.. :p *kepedean mau dibaca, dilempar sendal Crocs* :))

Nah! Habis buka-buka web pak Jamil itu.... saya merasa perlu menyebarkan info yang menurut saya sangat-sangat keren! JANGAN SEPELEKAN YANG KECIL.

Kita sering meremehkan yang tampak positif dalam segi kalimat, yang ternyata ini mampu menjerumuskan kita walau samar-samar dan perlahan. Hal-hal kecil ini, mampu menjadi penyakit dalam diri.. Hmm entah saya suka sekali bahas tentang hal ini, karena saya merasa membutuhkan sebagai pengingat. *serius* Hal yang saya maksud adalah kesombongan. (Catatan saya yang lain, yang menyinggung tentang itu di Life is So Short!)

Sebagai pengingat lagi, dari Abdullah ibnu Mas'ud RA berkata,
“Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk kedalam surga, seseorang yang didalam hatinya terdapat kesombongan (takabur) seumpama biji sawi.”

Kata pak Jamil, beberapa contoh ”penyakit” kecil yang bisa menjerumuskan itu bisa merusak diri kita tanpa kita sadari. Berikut contoh-contohnya, "Saya sudah tahu ; Saya orangnya memang begini, dan  Hiduplah mengalir seperti air."

Saya sudah tahu. Saya tanya : emang apa yang kita sudah tahu? Wawasan keduniaan? Bekal agama yang merasa cukup? Atau pernyataan-pernyataan : Wah, saya tahu segalanya! Padahal, masing-masing manusia tidak lepas dari sifat lupa dan tidak tahu. (Qs Yusuf : 42, Al Kahfi : 24, dll) Kata pak Jamil, padahal dengan kita mengatakan : "Saya sudah tahu." sesungguhnyalah ketika itu kita telah berhenti berkembang. Orang lain terus maju berkembang dengan ilmu-ilmu barunya sementara orang itu stagnan dan akhirnya ditinggalkan zaman.

Saya orangnya memang begini. Kata beliau, "sering saya mendengar orang yang sedang dinasehati, ikut training maupun seminar yang berkomentar, “Saya orangnya memang begini, mau diapa-apain saja tidak akan berubah. Udah gak usah nasihatin saya, gak mungkin saya berubah…” Bila kita punya penyakit ini, maka hati kita semakin keras, tidak mau menerima nasihat dan tidak mau berubah ke arah yang lebih baik. Setiap masukan, kritik atau saran yang membangun dianggap sebagai hujatan dan penghinaan."
Kalau kata saya, kita jadi dianggap tidak mau menerima keadaan orang lain apa adanya, atau yang jeleknya kita dianggap terlalu ikut campur dengan pribadinya. "Ya emang gue gini, suka-suka gue.." Padahal dia sudah membuat kebencian dan kesedihan. *Ngaca, nunjuk-nunjuk muka sendiri*
(Catatan saya yang menyinggung masalah ini ada di Menjadi Diri Apa Adanya, atau???)

Hiduplah mengalir seperti air. Kata beliau, ada yang mengatakan kita tidak perlu merencanakan hidup kita, biarkan hidup itu mengalir toh setiap air yang mengalir selalu menuju ke laut.  Sebenarnya tidak semua air yang mengalir selalu menuju ke laut, ada juga yang ke comberan, septic tank dan tempat-tempat kotor yang lain. Bila Anda tak merencanakan hidup Anda jangan menyesal bila nanti di masa tua ternyata Anda berada di "comberan" (yang terakhir ini Jleb Jleb banget deeeh... T_T)

Semoga bermanfaat.
@dianmartiandani

Senin, 02 Mei 2011

Diam adalah Emas?

Habis baca blognya si Nova membuat saya makin semangat untuk posting tentang Diam (tulisan tentang diam alaa Nova, klik di sini)

Siap-siap baca yaa~ 
 
Beberapa hari yang lalu saya juga dapat tulisan tentang Diam dari seorang teman. Seolah sih menyindir saya yang kesindir :D saya yang suka ngomong, cerita, gak sabaran, dan diam kalo cuma tidak nyaman pada satu situasi atau emang lagi menikmati diri dengan diam (halah apa sih). Paling tidak, ada banyak hal yang penting perlu kita pahami tentang Diam.

Tentang Diam ini bukan mau membahas apalagi gosipin orang2 pendiam. Orang pendiam sih menurut saya, beda dengan orang yang paham arti diam. (hehe bukan sok paham lho ya). Maksudnya, orang pendiam karena memang dia diam, dia diam karena memang karakter dasarnya, atau bisa karena pemalu, atau yang kurang baik karena ia rendah diri, dll.

Saya ingin singgung soal kalimat ini : Diam adalah Emas.

Banyak hikmah yang kita dapat dengan Diam. Sikap Diam dengan berbagai situasi, memberi banyak nilai tambah untuk kita. Terutama untuk siapa yang bicara tanpa ada muatan manfaat di dalamnya. (Jleb! Jleb! T.T mengingatkan diri.) Di atas saya sudah singgung, bahwa yang hendak saya bahas ini sikap Diam, bukan Pendiam. Kalau Nova sudah singgung, jangan sampai Pendiam ini menodai kalimat Diam adalah Emas Hahaha.. ckck (baca tulisannya)

Diam yang hendak saya bahas adalah lebih kepada mengatur LISAN kita agar saat Diam kita adalah disaat yang TEPAT. Bukan disaat harus bicara malah Diam, atau sebaliknya.


Kalo saya pernah dengar dari seseorang (ya Allah, lupa dari siapa), saya terinspirasi pendapatnya : "Jika Diam adalah Emas, maka Berkata Baik adalah Dinar*." Lalu saya berpendapat, bahwa :

Pepatah "Diam adalah Emas" hanya berlaku bagi orang-orang yang tidak memilih "Berkata Baik" dalam kesehariannya, yang memilih tidak memakai filter bagi lisannya. 

Artinya, orang-orang yang seperti inilah yang Diam adalah Emas baginya, karena tidak diamnya mereka hanya membawa kesedihan bagi orang-orang yang mendengarnya, menimbulkan kebencian, permusuhan, kejengahan, dan lain lain yang tentu akibatnya ketidak nyamanan dalam pertemanan, apalagi persahabatan. Misalnya, bicaranya penuh tinggi hati, hanya ingin didengar, berisi kesombongan, tidak ada empati, tidak menghargai pendapat, kasar, penuh hinaan, dan lain lain. Semoga hadits nabi saw berikut jadi pengingat dan bekal kita, 


Dari Sahl bin Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bisa menjamin bisa menjaga lisan yang ada di antara dua tulang rahangnya dan kemaluan yang ada di antara kedua kakinya maka aku jamin dia akan masuk surga” (HR Bukhari no 6109).


Dari akun twitter saya, malam minggu kemarin saya sudah nulis tentang Diam. Semoga berkenan.

Twitter bs mnjadi pelampiasan bagi org yg pendiam & pemalu utk ngoceh di dpn orang byk, jg bagi org2 yg suka bicara tp saat sendirian.
30 Apr via ÜberSocial
termasuk ibadah yg dianjurkan tanpa harus lelah (melakukan gerak fisik)
30 Apr via ÜberSocial
mencipta kewibawaan tanpa harus ada kekuasaan dan kekayaan.
30 Apr via ÜberSocial
membuat kita tak perlu banyak meminta maaf karena tajamnya lisan.
30 Apr via ÜberSocial
memberi ruang dan waktu bagi akal utk memikirkan kebesaran tuhan lbh dalam.
30 Apr via ÜberSocial

Dan seterusnya..


Di atas saya singgung, bahwa diam mampu menimbulkan kewibawaan tanpa harus ada kekayaan dan kekuasaan, contohnya saat kita dihadapkan dalam perdebatan. Disaat genting, diam mencipta ketenangan, ia tidak lantas mengeluarkan pendapat sesuka hati tanpa memberi kesempatan orang lain. Dengan diam pula, kita memberi kesempatan buat diri kita untuk belajar menjadi pendengar yang lebih baik :)


Semoga kita bisa menjadi pendiam dengan ilmu, dan berbicara dengan ilmu juga. Aamiin.

Allahu A'lam bishowab


*Dinar adalah satuan alat tukar yang digunakan sejak zaman rasulullah, dengan standar yang tidak pernah berubah hingga sekarang, terbuat dari emas 22 karat (atau sama dengan sekitar Rp. 1.800.000,-)