Minggu, 02 Mei 2010

Ukhuwah yang kering..?

Membaca judulnya mungkin membuat sebagian orang malas membacanya, seolah menunjukkan akhir dari catatan ini adalah sebuah kasus, hmm permasalahan yang klise, dan tidak jarang membuat masalah besar...

Sampai detik ini, saya masih terus merenungi episode-episode yang sudah terlewati. Ya, teman-teman lain juga pasti melewati semua episode masing-masing…namun yang merenunginya, saya hanya bisa berharap aku menjadi salah satu orang yang bisa mengambil hikmah dan menjadikannya panduan ke depan…karena, tidak semua orang yang merenungi mampu menjadikan hasil renungannya sebagai panduan episode selanjutnya..

Seorang adinda yang kukenal dengan sikapnya yang amat sangat perhatian membuatku sempat mengatainya “mama Laurent”  (tp sekarang saya menyesal sekali, dan tidak akan pernah mengatainya itu lagi).  Kenapa aku mengatainya demikian waktu itu? Ini berawal dari seringnya dia, bahkan tak terhitung lagi dia “berhasil” menebak dengan benar apa yang sedang kurasakan tanpa aku katakan, bahkan tanpa aku ekspresikan sama sekali, lucu, aneh, tapi sebenarnya ada satu kesimpulan yang baik kemudian…

“Hm aku tahu, mbak pasti lagi badmood nih!” atau, “mbak pasti lagi merasa kesepian ditengah keramaian…” atau, “mbak aku tahu, mbak pasti lagi pura-pura bahagia kan…” dan lain-lainnya…

Kesimpulan yang baik itu adalah, Allah memang telah memberikan kelebihan pada hatinya, yaitu KEPEKAAN dalam berukhuwah, ketulusan dalam berukhuwah,  Ikatan hati yang bisa jadi kita belum memintanya, namun Allah sudah menganugerahkan duluan…Sebagian dari hal penting yang harus dimiliki dalam berukhuwah.

Ada juga cerita lain dari saya, yang membuat saya menjulukinya “Bawel”  karena hampir setiap hari menyapaku dan menanyakan kemudian menyarankan hal-hal yang harus dan belum saya lakukan…yang mungkin bagi sebagian orang berlebihan, tapi mari kita ambil positifnya dan manfaatnya. Karena semua itu adalah hal baik yang perlu kita maintance hingga menjadi sebuah bagian hal penting dalam berukhuwah, PERHATIAN.

Ada satu lagi, hehe biar mewakili semua keadaan…..begini ceritanya.  Saya tidak menyebutnya bawel, apalagi mama Laurent, karena dia memang tidak pernah melakukan hal-hal seperti yang sudah aku ceritakan di atas.  Saya mendapatkan perlakuan tanpa kata, yang saya sangat mampu menyimpulkan bahwa setiap perlakuannya adalah bentuk kasih sayang dan kepahaman terhadap diri saya.  Ia hampir tidak pernah menebak-nebak seperti adindaku itu, ia juga hampir tidak pernah bawel menanyakan dan menyarankan banyak hal untukku (kecuali jika kutanya atau kupinta), tapi hal itu tidak mengurangi keyakinanku akan perasaannya padaku, karena ada sebuah ungkapan setelah sikapnya : UHIBBUKI FILLAH

Ditengah permasalahan masing-masing personal di hadapan Allah dan manusia, ukhuwah menjadi sebuah kekuatan penting. Kekuatan mahal dan berharga. Ia mampu menjadi sebuah solusi jiwa bagi jiwa-jiwa yang gelisah, resah, dan bahkan bagi jiwa-jiwa yang sedang ‘jatuh’.

Aku memang tak pandai dalam berukhuwah, banyak hal yang belum aku tunaikan dalam pelajaran Hak dan kewajiban berukhuwah.  Namun, ternyata Allah Maha Penyayang dan Maha Memberi belas kasih.  Semua tiga ceritaku yang berlainan itu, merupakan pelajaran berharga dan mahal yang langsung Allah ajarkan padaku. Ya, kenapa saya sebut pelajaran yang langsung Allah ajarkan pada saya, karena semua itu saya dapatkan disaat saya (yang dengan sombongnya –huuft) belum pinta sebelumnya…

Sebuah pengajaran indah melalui orang-orang disekitarku, pengajaran tentang ukhuwah yang menyadarkan, banyaknya kekurangan dan tugas-tugas yang belum lunas, kepada orang-orang disekitarku, terutama mereka yang menyayangi, mencintai karena Allah swt.  Jika belum meminta saja Allah melimpahkan kado indah yang kita butuhkan, apalagi jika kita memintanya dengan segenap harap, prasangka baik, dan rayuan maut berupa amal shalih padaNya… Setuju kan?

“Semoga Allah memberikan kekayaan jiwa, dan ketulusan sikap, serta petunjuk-petunjukNya yang tak ternilai, dalam menapaki episode hidup kita, hingga akhir perjalanan ini adalah ridhoNya, aamin Allahumma aamin…”