Sudah beberapa bulan lalu saya suka menyimak 'kicauan' pak Jamil Azzaini melalui akun twiternya, seorang motivator dan trainer yang saya 'kenal' dari twitter, sebelumnya gak tau siapa beliau ini. Ternyata kicauan-kicauan beliau membuat saya tertarik membuka catatan-catatan beliau di web pribadi beliau : www.jamilazzaini.com. Saya baca-baca catatan-catatan beliau yang inspiratif, lucu, menyegarkan dan membuat semangat :) Bagus pokoknyaa~
Eh, jadi kayak iklan yaaa~ :D
Sebenarnya seperti dicatatan saya sebelumnya tentang Siapapun adalah seseorang! Disitu saya pribadi berharap siapapun bisa menjadi motivator bagi dirinya, dan alangkah baiknya bisa memotivasi orang lain juga. Siapapun bisa menjadi seseorang dalam hal ini seseorang yang baik, menginspirasi, dan mampu menjadi teman bahkan sahabat melalui lisan, tulisan, dan sikap kesehariannya. Sehingga, seperti yang aa Gym bilang, mulailah dari diri sendiri, dan jagalah hati! (Halah, dilempar sendal!) Tapi beneraan~ ya sudah.. iya iyaa baca sendiri aja yang belum baca catatan saya yang itu ya.. :p *kepedean mau dibaca, dilempar sendal Crocs* :))
Nah! Habis buka-buka web pak Jamil itu.... saya merasa perlu menyebarkan info yang menurut saya sangat-sangat keren! JANGAN SEPELEKAN YANG KECIL.
Kita sering meremehkan yang tampak positif dalam segi kalimat, yang ternyata ini mampu menjerumuskan kita walau samar-samar dan perlahan. Hal-hal kecil ini, mampu menjadi penyakit dalam diri.. Hmm entah saya suka sekali bahas tentang hal ini, karena saya merasa membutuhkan sebagai pengingat. *serius* Hal yang saya maksud adalah kesombongan. (Catatan saya yang lain, yang menyinggung tentang itu di Life is So Short!)
Sebagai pengingat lagi, dari Abdullah ibnu Mas'ud RA berkata,
“Rasulullah SAW bersabda : “Tidak akan masuk kedalam surga, seseorang yang didalam hatinya terdapat kesombongan (takabur) seumpama biji sawi.”
Kata pak Jamil, beberapa contoh ”penyakit” kecil yang bisa menjerumuskan itu bisa merusak diri kita tanpa kita sadari. Berikut contoh-contohnya, "Saya sudah tahu ; Saya orangnya memang begini, dan Hiduplah mengalir seperti air."
Saya sudah tahu. Saya tanya : emang apa yang kita sudah tahu? Wawasan keduniaan? Bekal agama yang merasa cukup? Atau pernyataan-pernyataan : Wah, saya tahu segalanya! Padahal, masing-masing manusia tidak lepas dari sifat lupa dan tidak tahu. (Qs Yusuf : 42, Al Kahfi : 24, dll) Kata pak Jamil, padahal dengan kita mengatakan : "Saya sudah tahu." sesungguhnyalah ketika itu kita telah berhenti berkembang. Orang lain terus maju berkembang dengan ilmu-ilmu barunya sementara orang itu stagnan dan akhirnya ditinggalkan zaman.
Saya orangnya memang begini. Kata beliau, "sering saya mendengar orang yang sedang dinasehati, ikut training maupun seminar yang berkomentar, “Saya orangnya memang begini, mau diapa-apain saja tidak akan berubah. Udah gak usah nasihatin saya, gak mungkin saya berubah…” Bila kita punya penyakit ini, maka hati kita semakin keras, tidak mau menerima nasihat dan tidak mau berubah ke arah yang lebih baik. Setiap masukan, kritik atau saran yang membangun dianggap sebagai hujatan dan penghinaan."
Kalau kata saya, kita jadi dianggap tidak mau menerima keadaan orang lain apa adanya, atau yang jeleknya kita dianggap terlalu ikut campur dengan pribadinya. "Ya emang gue gini, suka-suka gue.." Padahal dia sudah membuat kebencian dan kesedihan. *Ngaca, nunjuk-nunjuk muka sendiri*
(Catatan saya yang menyinggung masalah ini ada di Menjadi Diri Apa Adanya, atau???)
Hiduplah mengalir seperti air. Kata beliau, ada yang mengatakan kita tidak perlu merencanakan hidup kita, biarkan hidup itu mengalir toh setiap air yang mengalir selalu menuju ke laut. Sebenarnya tidak semua air yang mengalir selalu menuju ke laut, ada juga yang ke comberan, septic tank dan tempat-tempat kotor yang lain. Bila Anda tak merencanakan hidup Anda jangan menyesal bila nanti di masa tua ternyata Anda berada di "comberan" (yang terakhir ini Jleb Jleb banget deeeh... T_T)
Semoga bermanfaat.
@dianmartiandani
Sabtu, 07 Mei 2011
Senin, 02 Mei 2011
Diam adalah Emas?
Habis baca blognya si Nova membuat saya makin semangat untuk posting tentang Diam (tulisan tentang diam alaa Nova, klik di sini)
Siap-siap baca yaa~
Beberapa hari yang lalu saya juga dapat tulisan tentang Diam dari seorang teman. Seolah sih menyindir saya yang kesindir :D saya yang suka ngomong, cerita, gak sabaran, dan diam kalo cuma tidak nyaman pada satu situasi atau emang lagi menikmati diri dengan diam (halah apa sih). Paling tidak, ada banyak hal yang penting perlu kita pahami tentang Diam.
Tentang Diam ini bukan mau membahas apalagi gosipin orang2 pendiam. Orang pendiam sih menurut saya, beda dengan orang yang paham arti diam. (hehe bukan sok paham lho ya). Maksudnya, orang pendiam karena memang dia diam, dia diam karena memang karakter dasarnya, atau bisa karena pemalu, atau yang kurang baik karena ia rendah diri, dll.
Saya ingin singgung soal kalimat ini : Diam adalah Emas.
Banyak hikmah yang kita dapat dengan Diam. Sikap Diam dengan berbagai situasi, memberi banyak nilai tambah untuk kita. Terutama untuk siapa yang bicara tanpa ada muatan manfaat di dalamnya. (Jleb! Jleb! T.T mengingatkan diri.) Di atas saya sudah singgung, bahwa yang hendak saya bahas ini sikap Diam, bukan Pendiam. Kalau Nova sudah singgung, jangan sampai Pendiam ini menodai kalimat Diam adalah Emas Hahaha.. ckck (baca tulisannya)
Diam yang hendak saya bahas adalah lebih kepada mengatur LISAN kita agar saat Diam kita adalah disaat yang TEPAT. Bukan disaat harus bicara malah Diam, atau sebaliknya.
Kalo saya pernah dengar dari seseorang (ya Allah, lupa dari siapa), saya terinspirasi pendapatnya : "Jika Diam adalah Emas, maka Berkata Baik adalah Dinar*." Lalu saya berpendapat, bahwa :
Pepatah "Diam adalah Emas" hanya berlaku bagi orang-orang yang tidak memilih "Berkata Baik" dalam kesehariannya, yang memilih tidak memakai filter bagi lisannya.
Artinya, orang-orang yang seperti inilah yang Diam adalah Emas baginya, karena tidak diamnya mereka hanya membawa kesedihan bagi orang-orang yang mendengarnya, menimbulkan kebencian, permusuhan, kejengahan, dan lain lain yang tentu akibatnya ketidak nyamanan dalam pertemanan, apalagi persahabatan. Misalnya, bicaranya penuh tinggi hati, hanya ingin didengar, berisi kesombongan, tidak ada empati, tidak menghargai pendapat, kasar, penuh hinaan, dan lain lain. Semoga hadits nabi saw berikut jadi pengingat dan bekal kita,
Dari Sahl bin Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bisa menjamin bisa menjaga lisan yang ada di antara dua tulang rahangnya dan kemaluan yang ada di antara kedua kakinya maka aku jamin dia akan masuk surga” (HR Bukhari no 6109).
Dari akun twitter saya, malam minggu kemarin saya sudah nulis tentang Diam. Semoga berkenan.
30 Apr via ÜberSocial30 Apr via ÜberSocial
30 Apr via ÜberSocial
Dan seterusnya..
Di atas saya singgung, bahwa diam mampu menimbulkan kewibawaan tanpa harus ada kekayaan dan kekuasaan, contohnya saat kita dihadapkan dalam perdebatan. Disaat genting, diam mencipta ketenangan, ia tidak lantas mengeluarkan pendapat sesuka hati tanpa memberi kesempatan orang lain. Dengan diam pula, kita memberi kesempatan buat diri kita untuk belajar menjadi pendengar yang lebih baik :)
Semoga kita bisa menjadi pendiam dengan ilmu, dan berbicara dengan ilmu juga. Aamiin.
Allahu A'lam bishowab
*Dinar adalah satuan alat tukar yang digunakan sejak zaman rasulullah, dengan standar yang tidak pernah berubah hingga sekarang, terbuat dari emas 22 karat (atau sama dengan sekitar Rp. 1.800.000,-)
Siap-siap baca yaa~
Beberapa hari yang lalu saya juga dapat tulisan tentang Diam dari seorang teman. Seolah sih menyindir saya yang kesindir :D saya yang suka ngomong, cerita, gak sabaran, dan diam kalo cuma tidak nyaman pada satu situasi atau emang lagi menikmati diri dengan diam (halah apa sih). Paling tidak, ada banyak hal yang penting perlu kita pahami tentang Diam.
Tentang Diam ini bukan mau membahas apalagi gosipin orang2 pendiam. Orang pendiam sih menurut saya, beda dengan orang yang paham arti diam. (hehe bukan sok paham lho ya). Maksudnya, orang pendiam karena memang dia diam, dia diam karena memang karakter dasarnya, atau bisa karena pemalu, atau yang kurang baik karena ia rendah diri, dll.

Banyak hikmah yang kita dapat dengan Diam. Sikap Diam dengan berbagai situasi, memberi banyak nilai tambah untuk kita. Terutama untuk siapa yang bicara tanpa ada muatan manfaat di dalamnya. (Jleb! Jleb! T.T mengingatkan diri.) Di atas saya sudah singgung, bahwa yang hendak saya bahas ini sikap Diam, bukan Pendiam. Kalau Nova sudah singgung, jangan sampai Pendiam ini menodai kalimat Diam adalah Emas Hahaha.. ckck (baca tulisannya)
Diam yang hendak saya bahas adalah lebih kepada mengatur LISAN kita agar saat Diam kita adalah disaat yang TEPAT. Bukan disaat harus bicara malah Diam, atau sebaliknya.
Kalo saya pernah dengar dari seseorang (ya Allah, lupa dari siapa), saya terinspirasi pendapatnya : "Jika Diam adalah Emas, maka Berkata Baik adalah Dinar*." Lalu saya berpendapat, bahwa :
Pepatah "Diam adalah Emas" hanya berlaku bagi orang-orang yang tidak memilih "Berkata Baik" dalam kesehariannya, yang memilih tidak memakai filter bagi lisannya.
Artinya, orang-orang yang seperti inilah yang Diam adalah Emas baginya, karena tidak diamnya mereka hanya membawa kesedihan bagi orang-orang yang mendengarnya, menimbulkan kebencian, permusuhan, kejengahan, dan lain lain yang tentu akibatnya ketidak nyamanan dalam pertemanan, apalagi persahabatan. Misalnya, bicaranya penuh tinggi hati, hanya ingin didengar, berisi kesombongan, tidak ada empati, tidak menghargai pendapat, kasar, penuh hinaan, dan lain lain. Semoga hadits nabi saw berikut jadi pengingat dan bekal kita,
Dari Sahl bin Saad, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang bisa menjamin bisa menjaga lisan yang ada di antara dua tulang rahangnya dan kemaluan yang ada di antara kedua kakinya maka aku jamin dia akan masuk surga” (HR Bukhari no 6109).
Dari akun twitter saya, malam minggu kemarin saya sudah nulis tentang Diam. Semoga berkenan.
Twitter bs mnjadi pelampiasan bagi org yg pendiam & pemalu utk ngoceh di dpn orang byk, jg bagi org2 yg suka bicara tp saat sendirian. #Diam
#Diam membuat kita tak perlu banyak meminta maaf karena tajamnya lisan.
#Diam memberi ruang dan waktu bagi akal utk memikirkan kebesaran tuhan lbh dalam.
Dan seterusnya..
Di atas saya singgung, bahwa diam mampu menimbulkan kewibawaan tanpa harus ada kekayaan dan kekuasaan, contohnya saat kita dihadapkan dalam perdebatan. Disaat genting, diam mencipta ketenangan, ia tidak lantas mengeluarkan pendapat sesuka hati tanpa memberi kesempatan orang lain. Dengan diam pula, kita memberi kesempatan buat diri kita untuk belajar menjadi pendengar yang lebih baik :)
Semoga kita bisa menjadi pendiam dengan ilmu, dan berbicara dengan ilmu juga. Aamiin.
Allahu A'lam bishowab
*Dinar adalah satuan alat tukar yang digunakan sejak zaman rasulullah, dengan standar yang tidak pernah berubah hingga sekarang, terbuat dari emas 22 karat (atau sama dengan sekitar Rp. 1.800.000,-)
Label:
episode hati,
opini,
persaudaraan,
semangat,
tausyah
Sabtu, 23 April 2011
Demi Allah, bersama kesulitan ada kemudahan :)
Subhanallah panjang bener judulnya.. :D Tapi itu ngetiknya dengan sepenuh hati, teman. Sungguh-sungguh penuh syukur mengucapkannya, insyaAllah :')
Jadi teh gini ceritanya, sejak kemarin pagi Allah memberi ujian berupa pompa air yang mati mendadak. Hmm, pasti pada bilang : "Panggil tukang apa susahnya?" atau "Please deh gitu doaang..." atau "Ukhtiy perlu bantuan ane?" (pangeran berkuda hitam legam datang ke rumah mau benerin pompa air, jyah!) hhehe.. su'udzon ya saya :D maap maap..
Tapi sebenarnya semua tidak akan menjadi rumit jika kita solutif, fokus pada solusi, mohon sama Allah akan pertolonganNya, lalu tawakal. MasyaAllah, mudahnya ngetik tulisan itu, tapi demi Allah itu satu-satunya rumus paling canggih sedunia, yang Warren Buffet aja memakainya! (percaya deh!) Saya memang tipe orang yang to the point, walau pasti ada kekurangan dari hal ini, saya jadi tampak kurang empati pada sekitar, karena maunya cari solusi, solusi, dan solusi, dan gak suka berkutat lama-lama pada masalah atau lelah karena takut pada banyak hal tanpa mau menjalaninya atau mencoba melewatinya terlebih dahulu.
Nah, kembali ke masalah pompa air yang macet. Bagi saya memang sepele, simpel to the solution, manggil tukang, dicek penyebab macetnya, tanya berapa harga barang yang rusak, beri kepercayaan padanya untuk membelikan sekaligus memperbaikinya, sediakan minum dan cemilan yang layak, tanya berapa biaya jasa service nya, lalu BERES! Tapi ternyataaa..... TIDAK SESIMPEL itu bagi ibu saya! T_T
Kebetulan, ibu saya memang tipe orang yang sangat berhati-hati (beda dengan saya yang polos, *dilempar kran*), pilih-pilih tukang, dan niteni (sangat memperhatikan) mana tukang yang bisa dipercaya dan mana yang suka ngakalin. Alhasil, kerepotan pun terjadi, panik! Karena disisi lain khawatir air mulai menipis, disisi lain butuh tukang segera. Telpon kesana kemari, menyuruh saya untuk menghubungi teman-teman saya (siapa tahu ada info tukang terpercaya), termasuk adik saya yang kerja di Bandung, disuruh pulang untuk bantuin ngecek (mumpung long weekend), sampai meledak kemarahan karena adik menghubungi kalau batal ke Jakarta (padahal sudah kita jemput di poll travel di Melawai) *ngurut dada*
Hhh~ yah, mau tidak mau, akhirnya, dengan kepasrahan ibu menelpon seorang tukang dengan harap-harap cemas pula. Dalam hati saya juga bismillah, insyaAllah apa yang dikhawatirkan (yang menurut saya agak berlebihan itu) tidak terjadi, aamiin. Dengan mantap pula saya menghubungi tukangnya tanpa menunggu adik saya yang masih nyangkut juga di Bandung. Singkat cerita, persis! Ya, persis seperti apa yang ada di bayangan saya, semua berjalan tanpa hambatan yang berarti atau kekhawatiran-kekhawatiran yang terjadi. Bi idznillah. Alhamdulillahirabbil 'aalamiin..... *sujud syukur di pojok kamar*
Teman, saya jadi kembali merenung, sebenarnya... pada dasarnya setiap apa-apa yang terjadi disetiap langkah kita itu semua Kehendak Allah Yang Maha Berkehendak, kita suka ataupun tidak. Kecil ataupun besar. Mau kita tawar pakai kekayaan kita atau amal shalih kita pun jika Allah Berkehendak lain ya harus kita terima. Kita lewati bersama solusi yang sudah disediakanNya. Tinggal kita mau mencarinya dengan teliti, dan menjemput solusi itu atau tidak. Lalu satu lagi kunci penting : TAWAKAL setelah upaya dan doa. KEPERCAYAAN PENUH pada Allah subhanahu wata'ala. Apa jadinya jika kita selalu ketakutan, khawatir, menyelidik karena tidak percaya akan sesuatu, akan banyak pertolongan yang tidak jadi datang karena kita secara tidak sengaja "menolak" nya.
"Sesungguhnya BERSAMA kesulitan ada kemudahan."
- Qs Al Insyirah : 6
![]() |
Pertolongan Allah mengalir seperti air kran dengan lancar, sesuai prasangkaan hambaNya, setelah upaya, doa, dan tawakal
Demikian edisi Pompa air yang rusak T_T
Kamis, 21 April 2011
Kartini Seorang Muslimah
Selamat ulang tahun bunda, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, dan menerima segala kebaikan dan perjuanganmu sebagai seorang muslimah. Aamiin..
Hari ini tanggal 21 April 2011, 132 tahun yang lalu seorang bayi cantik lahir ke dunia di sebuah kota di Jawa Tengah, Jepara nama kotanya. Dia lah bayi yang kelak menjadi sesosok wanita jawa yang sederhana, elegan, anggun, cerdas, dan memiliki semangat yang tinggi untuk berilmu. Raden Adjeng Kartini. Ia wanita sederhana, bersih hati, keturunan ningrat sekaligus keturunan tokoh agama dari sang bunda, dan berjiwa pemimpin. Garis keturunan yang nyaris sempurna ini tak membuatnya sombong dan menjadi tak peduli akan sekitarnya. Kebersihan hatinya lah yang membuatnya berontak akan ketidakadilan yang terjadi di depan matanya.
RA Kartini, sejak di usia remaja menjadi sosok yang pemikir, penuang ide dengan berani. Lalu lingkungan ibu beliau yang dari seorang kiyai, secara langsung membentuknya sebagai sosok muslimah moderat yang cerdas dan berbudi luhur. Ia bukanlah pemberontak agama, justru ia cerdas mempertanyakan ketidakadilan yang terjadi pada wanita-wanita jawa atas ilmu, pembelajaran, dan pengetahuan akan lingkungan sekitarnya. Sedih akan pelarangan wanita-wanita jawa 'jelata' untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ia tuturkan cita-citanya untuk menjadi Guru, namun harus pupus karena beliau telah dinikahkan.
Beliau sungguh wanita pecinta ilmu dan rindu untuk membagikannya pada sesama kaumnya. Suatu ketika mendapat pengalaman buruk saat mengaji Al Qur'an di usia remaja. Karena kekangan Belanda, Al Qur'an dilarang untuk diterjemahkan, saat itulah beliau mempertanyakan pada guru ngajinya arti dari sebuah ayat yang dibacakan dan kemarahan yang diterimanya. Pada seorang ulama besar dari Semarang yang sedang mengisi pengajian keluarga di rumahnya lah beliau mencurahkan perasaannya, dan menunjukkan kecintaannya pada ilmu, khususnya ilmu agama Islam. Ulama tersebut, Kiyai Muhammad Shalih ibn Umar as Samarani. Bunda Kartini berguru langsung dan kepada Kiyai Shalih, ia memohon menerjemahkan Al Qur'an kedalam bahasa Jawa, demi keterangan ilmu agar lebih dipahami. Kemudian terjemahan Al Qur'an tersebut menjadi hadiah pernikahan bunda Kartini dengan Adipati Rembang (1903) dari sang guru, kiyai Shalih.
Door Duisternis Toot Licht...
Inilah kalimat yang sering beliau tulis berkali-kali dalam suratnya kepada sahabatnya Mrs. Abandenon. Ia begitu terinspirasi dari terjemahan Al Qur'an yang beliau dapat selama berguru pada Kiyai Shalih. Ia begitu berharap akan rahmat Allah agar terus membenderanginya. Ia curahkan mimpinya dalam suratnya kepada Ny.Van Kol, 21 Juli, 1902, yaitu: “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.”
Kalimat yang begitu bermakna bagi beliau itu dalam bahasa Indonesia sudah sangat menyejarah, yakni : "Habis gelap terbitlah terang.." Yang didalam Al Qur'an, ada pada ayat 257 di Surah Al Baqarah : "...Minazhzhulumaati ilannuur.." Terbukti, bahwa beliau seorang muslimah yang begitu mencintai ilmu agama Islam. Allah Maha Berkehendak, setiap taqdir ada hikmah disebaliknya, setelah kiyai Shalih wafat, beliau belum rampung mempelajari Al Qur'an dalam bahasa Jawa, dan dengan kisah hidupnya berkeluarga dengan adipati Rembang yang singkat (1903 - 1904), kemudian beliau wafat 4 hari setelah melahirkan puteranya yang pertama dan terakhir (R.M Soesalit), di usia 25 tahun.
_______
Semoga muslimah tak pantang menyerah untuk terus mempelajari jutaan ilmu yang terserak di sekitar kita lalu mencintainya dengan segenap jiwa, di sebuah madrasah kehidupan... hmmm :) Aamiin..
Salam hangat untuk seluruh muslimah Indonesia,
@dianmartiandani
Senin, 18 April 2011
Siapapun adalah seseorang!
Saya suka sekali baca buku-buku motivasi, cerita-cerita pengalaman hidup seseorang, psikologi manusia (masyarakat) dan sejenisnya. Sebuah hal yang menyenangkan ketika saya mampu mengunyah dan mencerna setiap detil cerita yang dituliskan oleh penulisnya. Tentu saja, satu syarat yang harus ada saat membacanya adalah, kisah yang diceritakan dibersamai dengan kesimpulan hikmah yang dipulangkan pada Sang Pencipta kehidupan.
Beberapa hari yang lalu, saya dapat kado ulangtahun, salah satunya sebuah buku berjudul Notes From Qatar. Buku ini berisi tulisan-tulisan, bagaimana seorang penulisnya (Muhammad Assad) menjabarkan detil pengalamannya menjadi sebuah hikmah yang sangat luar biasa, lengkap dengan bagaimana ia mengaitkan kisahnya dengan Sang Pencipta dan penggenggam hidupnya. Sederhana, jelas, padat, dan berbobot.
Segala sesuatu, sebenarnya diawali dari sebuah kisah sederhana, teman. Bahkan ketika bangun tidur dan mengerjapkan mata karena masih tersisa kantuk pun, kita bisa mengisahkan sebuah hikmah. Renungkan, apa yang bisa kita siapkan jika kita dalam bahaya, sedang kita dalam keadan tidur? Maka, sehebat apapun penjagaan yang sempurna dikerahkan oleh seorang manusia, tak ada yang sanggup memastikan kita aman, meski dalam keadaan terjaga sekalipun, apalagi saat tidur.
:) hehe tentu bukan untuk nakut-nakutin, di dunia ini tak ada yang tidak pernah tidur. Jadi, ada hikmah yang bisa diambil dari sebuah kejadian 'sederhana' tersebut : Bahwa manusia tidak akan bisa melebihi daya upaya Sang Pemilik langit dan bumi, meski dengan segenap kekuasaan dan kekayaannya.
"dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)."
- Qs Al Ankabut : 39
Mereka, contoh sosok yang hancur karena sombong atas kekuasaan dan kekayaannya. Dan inilah contoh hikmah dari rasa Maha PengasihNya Allah kepada hambaNya, disaat tak berdaya (tidur). Nah, dari buku yang saya baca itu, saya berkesimpulan, Assad just an ordinary man, with million extraordinary thoughts! Allah loves him. Setiap catatan-catatan nya ia jabarkan di buku itu dari sebuah kisah-kisah sederhana menjadi luarbiasa. Lalu banyak orang yang terinspirasi dari setiap kata-katanya. Suka ^^ Tapi sesungguhnya...
Siapapun adalah Seseorang!
Ya, itu yang ingin saya katakan. Tadi pagi saya ngetweet melalui akun twitter saya tentang sebuah rasa yang sangat bahaya jika dimiliki seorang manusia. (hehe lebay ah) Tapi serius.. :) rasa itu diketahui dengan sebutan sombong. Sang rasul saw mendefinisikannya sebagai berikut : "Sombong itu merendahkan orang lain dan menolak kebenenaran." - HR Muslim dan Tarmidzi. Tentu bahaya bukan, jika kita merendahkan orang lain (yang belum tentu kita lebih baik darinya) dan menolak kebenaran (yang jelas-jelas baik untuk kita). Na'udzubillahi mindzalik..
Berikut tweets saya tadi pagi yang sengaja saya beri hastag #IngatkanDiri :
Di atas langit masih ada langit, tundukkan hati dr keangkuhan nan tinggi, merasa lebih hebat dan memandang rendah org lain. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Yahudi sgt mbanggakan kecerdasannya, hingga lupa perintah tuhannya yg dirisalahkan o/ nabi2 mereka. Kesombongan menutupi hati. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Apa yang sbnrnya membuatmu bangga diri dihadapan manusia? Padahal tak pernah tahu kemana kita berpulang, syurga atw neraka. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Mntertawakan kesalahan orglain, pandang sebelah mata & mngeluarkan kata2 sindiran mnghina, seolah kita selamat dr nerakaNya. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Semuanya berkaitan dengan rasa yang tadi saya sebutkan. Terkadang kita merasa lebih dibanding orang lain. Padahal, siapapun adalah seseorang! Saya, kamu, kita semua... dan satu syarat yang harus dimiliki untuk menjadi seseorang :
Kita mampu merenggut jutaan hikmah yang terserak di setiap kejadian lalu mampu menginspirasikannya pada sekitar kita. Sekecil apapun kejadiannya, 'seremeh' apapun kontennya, berupaya menjabarkan hikmah untuk menjadikannya bahan pendewasaan dan kebijaksanaan.
Sahabat, jika siapapun adalah seseorang! Seseorang yang seperti apa? Menurut saya seseorang yg minimal bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri, lalu menginspirasi dengan apapun yang bisa ia kontribusikan, dan sesederhana apapun itu. InsyaAllah semua bisa, dengan syarat seperti yang sudah saya tulis dengan warna merah hati diatas :)
Allahu a'lam bishshowab.
Beberapa hari yang lalu, saya dapat kado ulangtahun, salah satunya sebuah buku berjudul Notes From Qatar. Buku ini berisi tulisan-tulisan, bagaimana seorang penulisnya (Muhammad Assad) menjabarkan detil pengalamannya menjadi sebuah hikmah yang sangat luar biasa, lengkap dengan bagaimana ia mengaitkan kisahnya dengan Sang Pencipta dan penggenggam hidupnya. Sederhana, jelas, padat, dan berbobot.
Segala sesuatu, sebenarnya diawali dari sebuah kisah sederhana, teman. Bahkan ketika bangun tidur dan mengerjapkan mata karena masih tersisa kantuk pun, kita bisa mengisahkan sebuah hikmah. Renungkan, apa yang bisa kita siapkan jika kita dalam bahaya, sedang kita dalam keadan tidur? Maka, sehebat apapun penjagaan yang sempurna dikerahkan oleh seorang manusia, tak ada yang sanggup memastikan kita aman, meski dalam keadaan terjaga sekalipun, apalagi saat tidur.
:) hehe tentu bukan untuk nakut-nakutin, di dunia ini tak ada yang tidak pernah tidur. Jadi, ada hikmah yang bisa diambil dari sebuah kejadian 'sederhana' tersebut : Bahwa manusia tidak akan bisa melebihi daya upaya Sang Pemilik langit dan bumi, meski dengan segenap kekuasaan dan kekayaannya.
"dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)."
- Qs Al Ankabut : 39
Mereka, contoh sosok yang hancur karena sombong atas kekuasaan dan kekayaannya. Dan inilah contoh hikmah dari rasa Maha PengasihNya Allah kepada hambaNya, disaat tak berdaya (tidur). Nah, dari buku yang saya baca itu, saya berkesimpulan, Assad just an ordinary man, with million extraordinary thoughts! Allah loves him. Setiap catatan-catatan nya ia jabarkan di buku itu dari sebuah kisah-kisah sederhana menjadi luarbiasa. Lalu banyak orang yang terinspirasi dari setiap kata-katanya. Suka ^^ Tapi sesungguhnya...
Siapapun adalah Seseorang!
Ya, itu yang ingin saya katakan. Tadi pagi saya ngetweet melalui akun twitter saya tentang sebuah rasa yang sangat bahaya jika dimiliki seorang manusia. (hehe lebay ah) Tapi serius.. :) rasa itu diketahui dengan sebutan sombong. Sang rasul saw mendefinisikannya sebagai berikut : "Sombong itu merendahkan orang lain dan menolak kebenenaran." - HR Muslim dan Tarmidzi. Tentu bahaya bukan, jika kita merendahkan orang lain (yang belum tentu kita lebih baik darinya) dan menolak kebenaran (yang jelas-jelas baik untuk kita). Na'udzubillahi mindzalik..
Berikut tweets saya tadi pagi yang sengaja saya beri hastag #IngatkanDiri :
Di atas langit masih ada langit, tundukkan hati dr keangkuhan nan tinggi, merasa lebih hebat dan memandang rendah org lain. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Yahudi sgt mbanggakan kecerdasannya, hingga lupa perintah tuhannya yg dirisalahkan o/ nabi2 mereka. Kesombongan menutupi hati. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Apa yang sbnrnya membuatmu bangga diri dihadapan manusia? Padahal tak pernah tahu kemana kita berpulang, syurga atw neraka. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Mntertawakan kesalahan orglain, pandang sebelah mata & mngeluarkan kata2 sindiran mnghina, seolah kita selamat dr nerakaNya. #IngatkanDiri
about 2 hours ago via ÜberSocial
Semuanya berkaitan dengan rasa yang tadi saya sebutkan. Terkadang kita merasa lebih dibanding orang lain. Padahal, siapapun adalah seseorang! Saya, kamu, kita semua... dan satu syarat yang harus dimiliki untuk menjadi seseorang :
Kita mampu merenggut jutaan hikmah yang terserak di setiap kejadian lalu mampu menginspirasikannya pada sekitar kita. Sekecil apapun kejadiannya, 'seremeh' apapun kontennya, berupaya menjabarkan hikmah untuk menjadikannya bahan pendewasaan dan kebijaksanaan.
Sahabat, jika siapapun adalah seseorang! Seseorang yang seperti apa? Menurut saya seseorang yg minimal bisa menjadi pemimpin bagi diri sendiri, lalu menginspirasi dengan apapun yang bisa ia kontribusikan, dan sesederhana apapun itu. InsyaAllah semua bisa, dengan syarat seperti yang sudah saya tulis dengan warna merah hati diatas :)
Allahu a'lam bishshowab.
Langganan:
Postingan (Atom)