Membaca judulnya mungkin membuat sebagian orang malas membacanya, seolah menunjukkan akhir dari catatan ini adalah sebuah kasus, hmm permasalahan yang klise, dan tidak jarang membuat masalah besar...
Sampai detik ini, saya masih terus merenungi episode-episode yang sudah terlewati. Ya, teman-teman lain juga pasti melewati semua episode masing-masing…namun yang merenunginya, saya hanya bisa berharap aku menjadi salah satu orang yang bisa mengambil hikmah dan menjadikannya panduan ke depan…karena, tidak semua orang yang merenungi mampu menjadikan hasil renungannya sebagai panduan episode selanjutnya..
Seorang adinda yang kukenal dengan sikapnya yang amat sangat perhatian membuatku sempat mengatainya “mama Laurent” (tp sekarang saya menyesal sekali, dan tidak akan pernah mengatainya itu lagi). Kenapa aku mengatainya demikian waktu itu? Ini berawal dari seringnya dia, bahkan tak terhitung lagi dia “berhasil” menebak dengan benar apa yang sedang kurasakan tanpa aku katakan, bahkan tanpa aku ekspresikan sama sekali, lucu, aneh, tapi sebenarnya ada satu kesimpulan yang baik kemudian…
“Hm aku tahu, mbak pasti lagi badmood nih!” atau, “mbak pasti lagi merasa kesepian ditengah keramaian…” atau, “mbak aku tahu, mbak pasti lagi pura-pura bahagia kan …” dan lain-lainnya…
Kesimpulan yang baik itu adalah, Allah memang telah memberikan kelebihan pada hatinya, yaitu KEPEKAAN dalam berukhuwah, ketulusan dalam berukhuwah, Ikatan hati yang bisa jadi kita belum memintanya, namun Allah sudah menganugerahkan duluan…Sebagian dari hal penting yang harus dimiliki dalam berukhuwah.
Ditengah permasalahan masing-masing personal di hadapan Allah dan manusia, ukhuwah menjadi sebuah kekuatan penting. Kekuatan mahal dan berharga. Ia mampu menjadi sebuah solusi jiwa bagi jiwa-jiwa yang gelisah, resah, dan bahkan bagi jiwa-jiwa yang sedang ‘jatuh’.
Aku memang tak pandai dalam berukhuwah, banyak hal yang belum aku tunaikan dalam pelajaran Hak dan kewajiban berukhuwah. Namun, ternyata Allah Maha Penyayang dan Maha Memberi belas kasih. Semua tiga ceritaku yang berlainan itu, merupakan pelajaran berharga dan mahal yang langsung Allah ajarkan padaku. Ya, kenapa saya sebut pelajaran yang langsung Allah ajarkan pada saya, karena semua itu saya dapatkan disaat saya (yang dengan sombongnya –huuft) belum pinta sebelumnya…
Sebuah pengajaran indah melalui orang-orang disekitarku, pengajaran tentang ukhuwah yang menyadarkan, banyaknya kekurangan dan tugas-tugas yang belum lunas, kepada orang-orang disekitarku, terutama mereka yang menyayangi, mencintai karena Allah swt. Jika belum meminta saja Allah melimpahkan kado indah yang kita butuhkan, apalagi jika kita memintanya dengan segenap harap, prasangka baik, dan rayuan maut berupa amal shalih padaNya… Setuju kan ?
“Semoga Allah memberikan kekayaan jiwa, dan ketulusan sikap, serta petunjuk-petunjukNya yang tak ternilai, dalam menapaki episode hidup kita, hingga akhir perjalanan ini adalah ridhoNya, aamin Allahumma aamin…”
3 komentar:
merasa diberikan sebelum benar2 memintanya ya? hmm.. artinya Allah menganggap itulah yg dibutuhkan dian saat itu. perasaan nyaman dan damai kerna ukhuwah itu. insya Allah ada yg ingin ditunjukkan-Nya dengan serangkaian cerita diatas. dan manusia adalah tugasnya memaknai setiap yg terjadi, kerna untuk itulah otak dan akal dianugrahkan padanya.
Dan, bersyukurlah ketika kita mampu memaknainya, kerna tidak semua orang mampu melakukannya :)
Nice.. ^^
Allah Maha Hebat dan Keren ^^ Rabbi auzi'niy an asykura nikmatakallati an amta alayya waliwalidayya..
dalam persaudaraan, atopun persahabatan yg kita butuhkan adalah kepekaan (sok tahu mode ON).
sering kita menutupi perasaan sebenernya, padahal kejujuran itu sering pentingya,
tete@ smngat ;)
Posting Komentar