Senin, 04 Januari 2010

Menjadi diri apa adanya, atau???

Kadang banyak orang selalu mengatakan, ingin menjadi diri sendiri apa adanya… beberapa sangat membanggakan dirinya yang apa adanya, menikmati hidupnya yang apa adanya dia ingin lakukan, menampilkan sosok yang, “ini lho aku..!” ya, menjadi diri sendiri yang inilah aku, dan… jangan protes! O-ow…ujungnya tidak nyaman kudengar.



Ini yang ingin saya angkat.



Saya tidak bermaksud menyinggung siapapun, karena saya sedang menasehati diri sendiri dengan segala renungan yang masih terbata-bata, yang kadang membuat marah pada diri sendiri, “kamu ini selalu saja ceroboh, tersandung kerikil kecil kemudian lalai…” na’udzubillah…



Saya ingin berbagi kisah ukhuwah dan perenungan pribadi ini, sekaligus mengharap bagi yang membacanya bisa merenungi episode ukhuwah masing-masing…dan jika berkenan memberikan nasehatnya untuk saya :)

Suatu hari saya bercengkerama dengan seorang saudari seiman, saya bercerita tentang fenomena akhlak muslimah yang menurut saya pribadi, saya tidak melihat kenaturalan dalam sikapnya, saya (mungkin) masih melihat luarnya saja, yaa..sebatas saya yang sok tahu J saya bercerita dengannya, dan akhirnya saya berkata…



“saya masih merasakan kepura-puraan…” kemudian dia menjawabnya dengan jawaban yang bagi saya sangat baik!

“hmm, mungkin benar, ia sedang berpura-pura, tapi kita bisa saja melihatnya sebagai bentuk usahanya ingin menjadi seseorang yang lebih baik…”



Ya, saya menangkap satu hikmah dari dialog kami itu, terkadang biarlah kita “berpura-pura” HANYA jika kita memang benar-benar ingin jadikan hal tersebut sebagai bentuk usaha untuk menjadi apa yang kita tampilkan itu…yang kemudian kita yakin, ini sebuah akhlak yang tidak salah untuk dipertahankan.

Kembali pada topik menjadi diri apa adanya, saya teringat sebuah lirik sebuah nasyid,



Menjadi diriku

Dengan segala kekurangan

Menjadi diriku

Atas kelebihanku.......



Terimalah aku

Seperti apa adanya

Aku hanya insan biasa

Ku pun tak sempurna



Tetap ku bangga

Atas apa yang ku punya

Setiap waktu ku nikmati

Anugerah hidup yang ku miliki



Syair itu menunjukkan, jika memang demikian pemikiran orang-orang yang ingin menjadi diri sendiri, kemudian ia percaya segala bentuk kekurangan dan kelebihan tetaplah anugerah hidup dari Allah swt, kemudian ia percaya bahwa ia menjadi diri apa adanya yang TANPA diikuti kalimat jangan protes! Maka bagi saya ini adalah hal yang baik, sangat baik bahkan. Bagai pelangi yang berwarna-warni, masing-masing menjadi warnanya sendiri kemudian menjadi indah. Karena ada kegiatan nasehat menasehati disana.



“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat-menasehati supaya menetapi kesabaran.”

Qs Al Ashr : 1-3



Lho, kok kontras dengan opini “kepura-puraan” di paragraph sebelumnya?? Ya mungkin ada yang bertanya tanya :) itulah mengapa saya katakan, “jika demikian”. Menjadi diri apa adanya yang tetap dalam kebaikan, bukan lantas melarang saudara-saudaranya “protes” jika ada yang salah pada diri. Sementara “kepura-puraan” adalah opini lain, saat seseorang memilih untuk “berpura-pura” menjadi orang lain, maka ia harus menghujamkan pada jiwanya, seperti apa yang dikatakan teman bercengkerama saya tadi,



“…sebagai bentuk usahanya menjadi seorang yang lebih baik…”



Mari belajar pada sekolah kehidupan yang pelajaran-pelajarannya berserakan di bumi ALLAH swt…

2 komentar:

Seisyko Desandery Azahra aka Chyko mengatakan...

yah, ga bisa di-like ya? hehehe like this manual deh.. nice post ka, inspiring !

dian eka mengatakan...

semoga bermanfaat ya honey.. :)