Segala sesuatu, sebenarnya diawali dari sebuah kisah yang sederhana. Siapapun bisa berkarya. Siapapun bisa melakukan hal yang baik. Siapapun adalah seseorang dalam membuktikan kemenangannya. Kemenangan sejati pun terjadi di semua hal. Hal kecil maupun besar. Hal sederhana maupun rumit. Oleh karenanya, mari kita tutup rapat-rapat pola pikir diri bahwa kita tetap ingin menjadi diri sendiri yang tidak membuka pintu bagi kebaikan-kebaikan dan hal positif lainnya. Kita tutup rapat-rapat dan buang jauh-jauh pola pikir bahwa kita tidak berhak berbuat lebih baik. Lebih berkarya dimulai dari karya sederhana, yakni sebuah senyuman. Setiap orang mempunyai kehidupannya sendiri, dengan caranya sendiri. Hanya saja, tetaplah berbuat sesuatu pencapaian yang manis.
Masing-masing orang memang mempunyai latar belakang hidup yang berbeda-beda, mungkin ada yang mirip, atau bahkan sama. Semuanya membentuk karakter diri, karakter yang akan menjadi mesin setiap orang menyikapi segala sesuatu dan pola pikir dalam mengambil keputusan. Dari buku Terapi Berpikir Positif karya trainer dan motivator muslim dunia, Dr. Ibrahim El-Fiky, saya mengambil pelajaran bagaimana kita berpikir positif. Karena amalan adalah lanjutan dari sebuah pikiran. Kata beliau, “Kita tidak dapat mengendalikan keadaan. Tapi kita dapat mengendalikan pikiran kita. Pikiran yang positif menghasilkan perbuatan dan karya yang positif.”
Segala sesuatu berawal dari hal yang sederhana. Kita bisa belajar dari hal-hal yang sederhana pula, dan kesederhanaan itulah yang akan memberikan energi positif bagi diri jika kita sungguh-sungguh mengambilnya sebagai pelajaran yang positif yang terterapkan. Kita kadang berpikir terlalu jauh akan sesuatu yang kita persepsikan rumit dan buruk. Kita merasa tak akan bisa menjadi seseorang yang memberikan karya positif yang membangun. Padahal segala sesuatu dimulai dari hal sederhana. Bahkan sesuatu yang tampak kuat bisa dikalahkan oleh sesuatu yang tampak lemah. Persepsilah yang membentuknya. Contoh, Raja lalim bernama Namrud yang dijemput maut karena seekor nyamuk.
Hidup adalah proses pembelajaran tiada henti. Di sanalah terdapat banyak hal-hal yang sederhana yang bisa kita ambil positifnya. Bukan hidup orang lain, tapi hidupmu sendiri, hidup saya sendiri. Lihatlah, saya akan ajak anda menjadi seorang pembelajar yang mampu menghasilkan karya. Karya yang sederhana dan akan terus berulang-ulang terjadi, karya kedua, ketiga, keempat dan seterusnya. Mungkin kita bukanlah seseorang yang istimewa dihadapan orang lain dengan karya yang tak sehebat para pengusaha-pengusaha sukses. Tapi sesungguhnya mereka semua mengawalinya dari hal-hal yang sederhana. Mulailah dari sana.
Tapi kita sadari saja, tidak semua menjadi pengusaha kaya raya, tidak semua menjadi direktur, tidak semua menjadi jenderal, tidak semua menjadi presiden, begitu bukan? Karena siapapun bisa menjadi seseorang. Siapapun adalah seseorang yang BISA memberikan karyanya, yang paling sederhana sekalipun. Seorang pengamen yang sukses misalnya, dia memberikan hasil terbaiknya dari mengamen, suaranya tidak mengganggu kenyamanan. Pembeli barang bekas keliling yang sukses misalnya, dia memberikan tawaran yang sesuai pada barang-barang bekas milik orang-orang kaya yang dijual kepadanya, saling memberikan manfaat. Pedagang gorengan keliling yang sukses misalnya, tidak memberikan gorengannya yang tidak sesuai dengan harganya dan rasanya tetap enak. Siapapun adalah seseorang. Sebuah karya sederhana lah yang bisa menjadikan seseorang menjadi seseorang. Sekali lagi, jika orang lain begitu bangga dengan karya yang bukan miliknya, mengapa kita berkecil hati dengan karya sendiri. Tersenyumlah, karena senyum adalah karya paling sederhana.
Kita yakini saja satu ungkapan ini, “Man yazra yahsud!” Siapa yang menanam akan menuai. Jadi, jika siapapun adalah seseorang, lalu seseorang yang seperti apa? Tentu saja seseorang yang mampu menghasilkan karyanya yang positif yang memberikan efek yang positif pula. Barangsiapa menanam hal positif, maka hal positif pula yang akan kita tuai. Siapa yang menanam hal sebaliknya, maka hal itulah yang akan dituai. Tuhan Maha Adil. Kita yakini pula ungkapan ini, “Man hafara hufratan, waqa'a fiha!” Barangsiapa yang menggali lubang, (suatu saat) akan jatuh ke lubang itu. Maksudnya, apapun yang kita kerjakan, itulah yang akan menjadi pakaian kita. Jika kita telah meyakinkan diri bahwa teko yang kita pakai sudah bersih, kita isi dengan air putih yang segar, sangat besar kemungkinan dan jelas, air putih yang meyegarkan dan menghilangkan dahagalah yang akan keluar dari teko itu. Sangat mustahil air itu akan membuat perut kita sakit.
Semoga bermanfaat ya :)
Salam hangat,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar