Sabtu, 23 April 2011

Demi Allah, bersama kesulitan ada kemudahan :)


Subhanallah panjang bener judulnya.. :D Tapi itu ngetiknya dengan sepenuh hati, teman. Sungguh-sungguh penuh syukur mengucapkannya, insyaAllah :')

Jadi teh gini ceritanya, sejak kemarin pagi Allah memberi ujian berupa pompa air yang mati mendadak. Hmm, pasti pada bilang : "Panggil tukang apa susahnya?" atau "Please deh gitu doaang..." atau "Ukhtiy perlu bantuan ane?" (pangeran berkuda hitam legam datang ke rumah mau benerin pompa air, jyah!) hhehe.. su'udzon ya saya :D maap maap..

Tapi sebenarnya semua tidak akan menjadi rumit jika kita solutif, fokus pada solusi, mohon sama Allah akan pertolonganNya, lalu tawakal. MasyaAllah, mudahnya ngetik tulisan itu, tapi demi Allah itu satu-satunya rumus paling canggih sedunia, yang Warren Buffet aja memakainya! (percaya deh!) Saya memang tipe orang yang to the point, walau pasti ada kekurangan dari hal ini, saya jadi tampak kurang empati pada sekitar, karena maunya cari solusi, solusi, dan solusi, dan gak suka berkutat lama-lama pada masalah atau lelah karena takut pada banyak hal tanpa mau menjalaninya atau mencoba melewatinya terlebih dahulu.

Nah, kembali ke masalah pompa air yang macet. Bagi saya memang sepele, simpel to the solution, manggil tukang, dicek penyebab macetnya, tanya berapa harga barang yang rusak, beri kepercayaan padanya untuk membelikan sekaligus memperbaikinya, sediakan minum dan cemilan yang layak, tanya berapa biaya jasa service nya, lalu BERES! Tapi ternyataaa..... TIDAK SESIMPEL itu bagi ibu saya! T_T

Kebetulan, ibu saya memang tipe orang yang sangat berhati-hati (beda dengan saya yang polos, *dilempar kran*), pilih-pilih tukang, dan niteni (sangat memperhatikan) mana tukang yang bisa dipercaya dan mana yang suka ngakalin. Alhasil, kerepotan pun terjadi, panik! Karena disisi lain khawatir air mulai menipis, disisi lain butuh tukang segera. Telpon kesana kemari, menyuruh saya untuk menghubungi teman-teman saya (siapa tahu ada info tukang terpercaya), termasuk adik saya yang kerja di Bandung, disuruh pulang untuk bantuin ngecek (mumpung long weekend), sampai meledak kemarahan karena adik menghubungi kalau batal ke Jakarta (padahal sudah kita jemput di poll travel di Melawai) *ngurut dada*

Hhh~ yah, mau tidak mau, akhirnya, dengan kepasrahan ibu menelpon seorang tukang dengan harap-harap cemas pula. Dalam hati saya juga bismillah, insyaAllah apa yang dikhawatirkan (yang menurut saya agak berlebihan itu) tidak terjadi, aamiin. Dengan mantap pula saya menghubungi tukangnya tanpa menunggu adik saya yang masih nyangkut juga di Bandung. Singkat cerita, persis! Ya, persis seperti apa yang ada di bayangan saya, semua berjalan tanpa hambatan yang berarti atau kekhawatiran-kekhawatiran yang terjadi. Bi idznillah. Alhamdulillahirabbil 'aalamiin..... *sujud syukur di pojok kamar*


Teman, saya jadi kembali merenung, sebenarnya... pada dasarnya setiap apa-apa yang terjadi disetiap langkah kita itu semua Kehendak Allah Yang Maha Berkehendak, kita suka ataupun tidak. Kecil ataupun besar. Mau kita tawar pakai kekayaan kita atau amal shalih kita pun jika Allah Berkehendak lain ya harus kita terima. Kita lewati bersama solusi yang sudah disediakanNya. Tinggal kita mau mencarinya dengan teliti, dan menjemput solusi itu atau tidak. Lalu satu lagi kunci penting : TAWAKAL setelah upaya dan doa. KEPERCAYAAN PENUH pada Allah subhanahu wata'ala. Apa jadinya jika kita selalu ketakutan, khawatir, menyelidik karena tidak percaya akan sesuatu, akan banyak pertolongan yang tidak jadi datang karena kita secara tidak sengaja "menolak" nya.

"Sesungguhnya BERSAMA kesulitan ada kemudahan."
- Qs Al Insyirah : 6

Pertolongan Allah mengalir seperti air kran dengan lancar, sesuai prasangkaan hambaNya, setelah upaya, doa, dan tawakal

Demikian edisi Pompa air yang rusak T_T

Kamis, 21 April 2011

Kartini Seorang Muslimah

Selamat ulang tahun bunda, semoga Allah mengampuni dosa-dosamu, dan menerima segala kebaikan dan perjuanganmu sebagai seorang muslimah. Aamiin..

Hari ini tanggal 21 April 2011, 132 tahun yang lalu seorang bayi cantik lahir ke dunia di sebuah kota di Jawa Tengah, Jepara nama kotanya. Dia lah bayi yang kelak menjadi sesosok wanita jawa yang sederhana, elegan, anggun, cerdas, dan memiliki semangat yang tinggi untuk berilmu. Raden Adjeng Kartini. Ia wanita sederhana, bersih hati, keturunan ningrat sekaligus keturunan tokoh agama dari sang bunda, dan berjiwa pemimpin. Garis keturunan yang nyaris sempurna ini tak membuatnya sombong dan menjadi tak peduli akan sekitarnya. Kebersihan hatinya lah yang membuatnya berontak akan ketidakadilan yang terjadi di depan matanya.

RA Kartini, sejak di usia remaja menjadi sosok yang pemikir, penuang ide dengan berani. Lalu lingkungan ibu beliau yang dari seorang kiyai, secara langsung membentuknya sebagai sosok muslimah moderat yang cerdas dan berbudi luhur. Ia bukanlah pemberontak agama, justru ia cerdas mempertanyakan ketidakadilan yang terjadi pada wanita-wanita jawa atas ilmu, pembelajaran, dan pengetahuan akan lingkungan sekitarnya. Sedih akan pelarangan wanita-wanita jawa 'jelata' untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Ia tuturkan cita-citanya untuk menjadi Guru, namun harus pupus karena beliau telah dinikahkan.

Beliau sungguh wanita pecinta ilmu dan rindu untuk membagikannya pada sesama kaumnya. Suatu ketika mendapat pengalaman buruk saat mengaji Al Qur'an di usia remaja. Karena kekangan Belanda, Al Qur'an dilarang untuk diterjemahkan, saat itulah beliau mempertanyakan pada guru ngajinya arti dari sebuah ayat yang dibacakan dan kemarahan yang diterimanya. Pada seorang ulama besar dari Semarang yang sedang mengisi pengajian keluarga di rumahnya lah beliau mencurahkan perasaannya, dan menunjukkan kecintaannya pada ilmu, khususnya ilmu agama Islam. Ulama tersebut, Kiyai Muhammad Shalih ibn Umar as Samarani. Bunda Kartini berguru langsung dan kepada Kiyai Shalih, ia memohon menerjemahkan Al Qur'an kedalam bahasa Jawa, demi keterangan ilmu agar lebih dipahami. Kemudian terjemahan Al Qur'an tersebut menjadi hadiah pernikahan bunda Kartini dengan Adipati Rembang (1903) dari sang guru, kiyai Shalih.

Door Duisternis Toot Licht...


Inilah kalimat yang sering beliau tulis berkali-kali dalam suratnya kepada sahabatnya Mrs. Abandenon. Ia begitu terinspirasi dari terjemahan Al Qur'an yang beliau dapat selama berguru pada Kiyai Shalih. Ia begitu berharap akan rahmat Allah agar terus membenderanginya. Ia curahkan mimpinya dalam suratnya kepada Ny.Van Kol, 21 Juli, 1902, yaitu: “Moga-moga kami mendapat rahmat, dapat bekerja membuat umat agama lain memandang agama Islam patut disukai.”


Kalimat yang begitu bermakna bagi beliau itu dalam bahasa Indonesia sudah sangat menyejarah, yakni : "Habis gelap terbitlah terang.." Yang didalam Al Qur'an, ada pada ayat 257 di Surah Al Baqarah : "...Minazhzhulumaati ilannuur.." Terbukti, bahwa beliau seorang muslimah yang begitu mencintai ilmu agama Islam. Allah Maha Berkehendak, setiap taqdir ada hikmah disebaliknya, setelah kiyai Shalih wafat, beliau belum rampung mempelajari Al Qur'an dalam bahasa Jawa, dan dengan kisah hidupnya berkeluarga dengan adipati Rembang yang singkat (1903 - 1904), kemudian beliau wafat 4 hari setelah melahirkan puteranya yang pertama dan terakhir (R.M Soesalit), di usia 25 tahun.


_______

Semoga muslimah tak pantang menyerah untuk terus mempelajari jutaan ilmu yang terserak di sekitar kita lalu mencintainya dengan segenap jiwa, di sebuah madrasah kehidupan... hmmm :) Aamiin..

Salam hangat untuk seluruh muslimah Indonesia,
@dianmartiandani

Senin, 18 April 2011

Siapapun adalah seseorang!

Saya suka sekali baca buku-buku motivasi, cerita-cerita pengalaman hidup seseorang, psikologi manusia (masyarakat) dan sejenisnya. Sebuah hal yang menyenangkan ketika saya mampu mengunyah dan mencerna setiap detil cerita yang dituliskan oleh penulisnya. Tentu saja, satu syarat yang harus ada saat membacanya adalah, kisah yang diceritakan dibersamai dengan kesimpulan hikmah yang dipulangkan pada Sang Pencipta kehidupan.

Beberapa hari yang lalu, saya dapat kado ulangtahun, salah satunya sebuah buku berjudul Notes From Qatar. Buku ini berisi tulisan-tulisan, bagaimana seorang penulisnya (Muhammad Assad) menjabarkan detil pengalamannya menjadi sebuah hikmah yang sangat luar biasa, lengkap dengan bagaimana ia mengaitkan kisahnya dengan Sang Pencipta dan penggenggam hidupnya. Sederhana, jelas, padat, dan berbobot.

Segala sesuatu, sebenarnya diawali dari sebuah kisah sederhana, teman. Bahkan ketika bangun tidur dan mengerjapkan mata karena masih tersisa kantuk pun, kita bisa mengisahkan sebuah hikmah. Renungkan, apa yang bisa kita siapkan jika kita dalam bahaya, sedang kita dalam keadan tidur? Maka, sehebat apapun penjagaan yang sempurna dikerahkan oleh seorang manusia, tak ada yang sanggup memastikan kita aman, meski dalam keadaan terjaga sekalipun, apalagi saat tidur.

:) hehe tentu bukan untuk nakut-nakutin, di dunia ini tak ada yang tidak pernah tidur. Jadi, ada hikmah yang bisa diambil dari sebuah kejadian 'sederhana' tersebut : Bahwa manusia tidak akan bisa melebihi daya upaya Sang Pemilik langit dan bumi, meski dengan segenap kekuasaan dan kekayaannya.

"dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu)."
- Qs Al Ankabut : 39

Mereka, contoh sosok yang hancur karena sombong atas kekuasaan dan kekayaannya. Dan inilah contoh hikmah dari rasa Maha PengasihNya Allah kepada hambaNya, disaat tak berdaya (tidur). Nah, dari buku yang saya baca itu, saya berkesimpulan, Assad just an ordinary man, with million extraordinary thoughts! Allah loves him. Setiap catatan-catatan nya ia jabarkan di buku itu dari sebuah kisah-kisah sederhana menjadi luarbiasa. Lalu banyak orang yang terinspirasi dari setiap kata-katanya. Suka ^^  Tapi sesungguhnya...

Siapapun adalah Seseorang!

Ya, itu yang ingin saya katakan. Tadi pagi saya ngetweet melalui akun twitter saya tentang sebuah rasa yang sangat bahaya jika dimiliki seorang manusia. (hehe lebay ah) Tapi serius.. :) rasa itu diketahui dengan sebutan sombong. Sang rasul saw mendefinisikannya sebagai berikut : "Sombong itu merendahkan orang lain dan menolak kebenenaran." - HR Muslim dan Tarmidzi. Tentu bahaya bukan, jika kita merendahkan orang lain (yang belum tentu kita lebih baik darinya) dan menolak kebenaran (yang jelas-jelas baik untuk kita). Na'udzubillahi mindzalik..

Berikut tweets saya tadi pagi yang sengaja saya beri hastag #IngatkanDiri :

Di atas langit masih ada langit, tundukkan hati dr keangkuhan nan tinggi, merasa lebih hebat dan memandang rendah org lain. #IngatkanDiri 


Yahudi sgt mbanggakan kecerdasannya, hingga lupa perintah tuhannya yg dirisalahkan o/ nabi2 mereka. Kesombongan menutupi hati. #IngatkanDiri 


Apa yang sbnrnya membuatmu bangga diri dihadapan manusia? Padahal tak pernah tahu kemana kita berpulang, syurga atw neraka. #IngatkanDiri 


Mntertawakan kesalahan orglain, pandang sebelah mata & mngeluarkan kata2 sindiran mnghina, seolah kita selamat dr nerakaNya. #IngatkanDiri 









Allahu a'lam bishshowab.